Mohon tunggu...
Abdul Jalil
Abdul Jalil Mohon Tunggu... Jurnalis - suka tantangan dan hiburan

hidup itu saling melengkapi,,,semuanya,tanpa terkecuali.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Cerita Bayi Malang nan Miskin

14 Februari 2020   23:27 Diperbarui: 14 Februari 2020   23:36 439
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi bayi (kompas.com)

"Anakmu kenapa Nab?," tanya para tetangga penasaran.

"Anakku sejak lahir tidak punya anus. Aku baru tahu beberapa hari setelah ia lahir," ujar Zaenab.

"Lalu kenapa kamu ke sini? Mana suamimu?," cecar tetangga.

Zaenab hanya terlihat menunduk dan terus menerus meneteskan air mata. Wanita yang hanya tamat sekolah dasar itu sesenggukan sambil mengusap air mata yang sulit untuk dibendung.

Si Aziel, bayi mungil itu sebetulnya sempat menjalani operasi pembuatan anus sementara. Kata dokter yang merawat, tim medis belum berani membuatkan anus karena kondisi basi yang belum cukup umur dan kondisinya juga belum siap. Akhirnya, tim medis dari rumah sakit pemerintah itu membuatkan anus di bagian perut samping.

Tetapi, nasib buruk sepertinya memang masih menyertai bayi tak berdosa itu. Tim medis salah membuat lubang anus sementara dan memotong entah bagian apa. Zaenab juga tidak tahu persis. Hingga akhirnya apapun yang dimakan dan diminum bayi itu langsung keluar lewat lubang anus buatan.

Tim medis yang menangani Aziel melakukan kesalahan. Tapi, Zaenab tidak bisa berbuat banyak untuk menuntutnya. Terlebih, ia hanya pasien dari asuransi yang dibiayai oleh pemerintah. Perempuan itu hanya bisa pasrah dan tak mau menambah urusan semakin ruwet. Toh semuanya sudah terjadi. Kalau mau menuntut rumah sakit, juga pasti sia-sia karena mereka jauh lebih punya banyak alasan untuk mengelak bertanggung jawab.

Sebenarnya Zaenab telah meminta tanggung jawab pihak rumah sakit, tetapi ya itu mereka punya segudang alasan untuk mengelak. Apalagi untuk pasien gratisan seperti Zaenab. Tapi, sebenarnya kan bukan gratis ya, karena yang membayar premi setiap bulannya kan dari keuangan negara, APBN. Sumber APBN kan dari pajak rakyat. Jadi ingat kalimat "Dari rakyat untuk rakyat".

Ya, namanya juga orang kecil. Jadi hanya bisa pasrah dan bersabar. Zaenab kemudian diminta oleh petugas rumah sakit supaya beralih untuk menjadi pasien asuransi mandiri. Dalihnya, supaya cepat ditangani.

Sekali lagi! Karena orang kecil yang hanya tamat sekolah dasar. Zaenab pun manut saja. Akhirnya keluarga miskin itu beralih dari asuransi yang ditanggung pemerintah menjadi asuransi mandiri. Suaminya sempat maju mundur untuk mendaftar jadi peserta mandiri. Karena pekerjaannya sebagai buruh serabutan yang penghasilannya tidak tentu. Harus menyisakan sejumlah uang yang nominalnya sudah pasti untuk membayar iuran asuransi.

Demi anak, ia pun memberanikan diri untuk beralih kepesertaan. Tujuannya hanya ingin Aziel segera ditangani dan sembuh. Dan menjadi anak normal pada umumnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun