Mohon tunggu...
Epetebang
Epetebang Mohon Tunggu... Wiraswasta - untaian literasi perjalanan indah & bahagiaku

credit union, musik, traveling & writing

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Cepat Sembuh Romo Prier..

12 Februari 2018   12:40 Diperbarui: 12 Februari 2018   12:44 631
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
P.Prier, tengah, mengajari umat bermain organ (foto www.parokinanda.com)

Semoga saya tidak keliru, namun dugaan saya hampir semua umat Katolik di Indonesia pernah, sedang dan akan terus memakai buku nyayian untuk misa, yakni Buku MADAH BAKTI. Buku kumpulan doa-doa dan nyanyian liturgi ini hampir pasti dipakai umat Katolik jika ada ibadat atau pun Misa Kudus. 

Lalu apa hubungan Madah Bakti dengan Romo Prier? Mungkin banyak yang tidak tahu bahwa orang dibalik hadirnya Madah Bakti tersebut adalah Romo Karl Edmund Prier, SJ.

Karl Edmund Prier SJ adalah imam Katolik kelahiran Weinheim, Jerman, 80 tahun lalu. Beliau dikenal karena keahliannya mengolah dan mencipta lagu serta memainkan organ.  Saya tidak kenal beliau, namun sebagai umat Katolik setiap kali membuka Madah Bakti saya selalu ingat beliau. Pernah melihat beliau secara langsung sekitar tahun 1989 di SD Usaba Ketapang, Kalbar. Kala itu beliau memimpin lokakarya musik liturgi se-Keuskupan Ketapang.  Dari hasil serangkaian lokakarya musik liturgi di berbagai keuskupan di Kalimantan tersebut maka lahir lagu-lagu khas Kalimantan di buku Madah Bakti (mulai nomor 600 di buku Madah Bakti).

Kiprah beliau untuk musik dan lagu rohani diwujudnyatakan dengan mendirikan Pusat Musik Liturgi (PML) di Jogja tahun 1971. Di sini diolah lagu-lagu inkulturasi dari daerah.

Ada satu lagu rohani yang selalu menjadi semboyan Karl Edmund Prier. Lagu itu berjudul NYANYIKAN LAGU BARU BAGI TUHAN. Kata demi kata yang menjadi syair kidung itu memberinya dorongan untuk terus berkarya,mencipta lagu, membuat komposisi musik.

Karena itulah, saya dan mungkin  umat Katolik lainnya merasa sakit hati dan marah, ketika minggu pagi (11/2) menyaksikan berita Pater Prier diserang orang secara biadab saat beliau memimpin misa di Gereja Santa Lidwina, Bedog, Paroki Kemetiran; Desa Trihanggo, Kecamatan Gamping, Sleman, Yogyakarta pukul 07.30 wib.

Penyerangan terhadap Pater Prier dan tiga umat lainnya tersebut benar-benar menjadi teror bagi umat. Kapan lagi, dimana lagi umat merasa aman untuk melaksanakan hak yang paling asasi, yakni menjalankan ritual keagamaannya?

Sembari kita semua agar semakin lebih waspada, para sekuriti Gereja juga harus lebih sigap; kita berharap aparat keamanan mampu mengungkap motif dan siapa sebenarnya pelaku teror ini.

Mari kita berdoa agar Pater Prier lekas pulih; bisa kembali berkarya untuk Indonesia, khususnya melalui musik liturgi.**

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun