Mohon tunggu...
Dede Jalaludin
Dede Jalaludin Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

seorang penyuka sastra dan aktif dalam menulis karya sastra berupa syair-syair puisi.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Pahlawan di Pagi Hari

10 November 2015   05:47 Diperbarui: 10 November 2015   07:05 22
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Selamat Hari Pahlawan sebelumnya saya ucapkan kepada pejuang-pejuang kemerdekaan dan pembela Negara. hampir setiap tahun di tanggal 10 November diperingati untuk mengenang jasa-jasa atas apa yang dilakukannya untuk memerangi pejajahan di tanah yang kaya raya ini. hingga beberapa pejuang harus mati diterakam peluru menembus semangatnya dan darah mereka mengalir ketanah hingga tanah ini ikut berduka atas meginggalnya para pejuang kemerdekaan Indonesia.

dipagi buta seperti biasanya semua orang masih ada yang terlelap akan mimpinya sedikit orang harus rela bangun lebih awal untuk berjuang dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari di tengah perekonomian yang tidak pasti ini. sebut saja simbok. setiap hari rela setengah waktunya dipakai untuk memasak gorengan, nasi kuning, nasi uduk dan lauk pauk. dengan semakin nampak kriput kulitnya tidak mengenal kata lelah dan malas, tangannya masih cekatan dalam meracik bumbu-bumbu tanpa harus ada asisten masak.

setelah masakan dibungkus dengan daun pisang simbok lantas bergegas ke pasar tidak berhenti sejenak untuk merebahkan badannya. meski apa yang didapatnya terkadang tidak seberapa namun simbok tetap bersyukur akan rizki yang diberikan oleh Tuhan tanpa harus mengeluh dan menggunakan cara licik (yang tidak halal). bagi simbok dengan kejujurlah saya (simbok) masih tetap bisa bertahan dan simbok pun terpaksa harus menyembunyikan rasa lelah dan capeknya dengan senyum dipagi buta.

di lain tempat saya melihat gerobak penuh sampah terparkir dipinggir jalan raya dengan kakek tua yang masih mampu berdiri tegap dengan sapu lidi dan serok sampah yang digenggam sekuat tenaga. pandangan si kakek masih tajam dalam melihat sampah yang dibuang oleh para pejalan kaki maupun kendaraan. kata si kakek musuh terbesar kita saat ini bukanlah koruptor yang merauk uang negara, tapi, diri kita sendiri yang menyebabkan jiwa korupsi untuk melakukan perbuatan yang kotor itu, padahal mereka tahu dan faham perbuatan mereka salah tapi masih tetap saja dilakukan hal terkecil adalah sampah-sampah yang kakek pungut adalah bukti nyatanya. apakah mereka tahu hal kecil itu bisa menyebabkan bencana banjir dan penyakit....

banyak cerita pahlawan yang tidak tercatat dalam sejarah karena mereka ada namun apa yang mereka lakukan tidak sebanding dengan apa yang didapatkan. perlukah kita melupakan mereka dengan hanya memandang mereka lantas membuang wajah tanpa berfikir tiada mereka apalah bangsa ini akan berarti. 

#10NOVEMBER #HARIPAHLAWAN aku hadir bukan untuk diberi gelar karena gelar bukanlah segalanya tapi, untuk menjadi pelajaran. dimana masa yang akan datang musuh kita bukan lagi penjajah tapi diri kita sendiri

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun