"Lalu semua yang sudah kita lewati itu tidak ada artinya sama sekali bagimu??
Suara Amel terdengar begitu isak dengan logat Jawanya yang kental ketika berbicara dengan seseorang diseberang ujung telepon. Tak lama kemudian telepon dimatikan dan Amel hanya bisa membiarkan bendungan air mata membasahi pipinya.Â
Dengen sedikit tertatih, Amel lantas ke kamar mandi dan membersihkan wajahnya karena beberapa menit lagi dia harus standby ditempat kerjanya.Â
Datang dari arah berlawanan, Codet, begitu Amel selalu memanggilnya,Â
"Loe kenapa,Si Kampret itu lagi? sudah putusin aja, khan aku sudah bilang, dia itu gk bener-bener suka sama loe, loe itu hanya pelariannya doang."
Dengan senyum sederhana Amel membalasnya dengan, "Nggak, dia itu baik koq, kamu sj yang belum kenal, sudah ah,,, aku mau kerja"Â
Penggalan kisah diatas sebagian besar dialami semua perempuan. Disakiti sampai hancurpun dia tetap berpihak pada lelakinya. Sakit memang mengetahui lelaki yang kita puja ternyata mempunyai beberapa wanita lain yang nama panggilan sayangnya sama dengan yang dia gunakan ke kita.Â
Mungkin pertama kali mengetahui lelakinya mempunyai wanita lain, seluruh dunia sang wanita saat itu juga kiamat, namun disisi lain, kiamatnya itu justru membentuknya menjadi wanita yang lebih tegar, yang lebih baik dan yang lebih kuat.Â
Seiring berjalannya waktu, semua kenangan tentang lelaki itu akan aus oleh gesekan pola pikir wanita yang semakin berkembang. Pertanyaan yang  tersisa adalah, "Sudahkah lelaki itu dimaafkan? Jawabannya tentu saja sudah.Â
Namun, memaafkan bukan berarti melupakan.