Mohon tunggu...
Lusia Imelda Jahaubun
Lusia Imelda Jahaubun Mohon Tunggu... Wiraswasta - Gadis desa dengan mimpi bisa mengelilingi dunia

Karena beberapa perasaan sulit untuk diungkapkan, maka menulislah.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Mengenal Kata "Sakti" yang Terlupakan

17 September 2018   11:00 Diperbarui: 17 September 2018   11:22 292
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Memiliki sebuah penginapan, membuat saya bertemu dengan banyak orang dari berbagai belahan dunia. Beberapa pekan lalu, saya kedatangan satu keluarga Indonesia yang tinggal lama di Amerika. Pasangan ini mempunyai 2 orang anak yang baru berusia 3 dan 6 tahun. 

Anak yang besar (Asma, 6 tahun) menurut saya, anak ini sangatlah kritis. Pada salah satu tembok di ruang tamu, saya tempelkan kertas-kertas kecil dengan tujuan supaya tamu bisa menuliskan beberapa pesan, kritik ataupun saran kepada saya jika mereka check out.

Ada satu tulisan yang saya buat di kertas-kertas itu yang isinya, "I'm Sorry" dengan penjelasan dibawahnya "Don't afraid to say this when you make mistake". 

Kebiasaan saya di pagi hari adalah bercerita dengan para tamu, hanya untuk sekadar menawarkan sarapan. Pada pagi itu, ketika saya hendak menggosok gigi,saya di sapa oleh Asma, "Hi, morning," Sapaan anak Indonesia 6 tahun yang lama menghabiskan waktu-waktunya di US. "Hi Asma, morning, wake up early, huh..." Balasan singkat saya. Tanpa panjang lebar, setelah saya selesai dengan kesibukan pagi saya, mulailah kita bercerita tentang banyak hal. 

Hingga pada suatu pernyataan dari Asma yang membuat saya sedikit mengkerutkan dahi, "Lusi, look...." sambil menunjuk pada tulisan saya yang didinding itu. Dengan rasa penasaran, saya memperhatikan anak itu, "You don't have to say sorry, everyone made mistake, its normal, so why must sorry?" Ohh wow,.... serasa saya di skakmat. Dengan tenang saya menyampaikan, "Dear Asma, come..." sambil memintanya datang mendekat lalu saya memangkunya. "Sekalipun kamu menghabiskan banyak waktu-waktu mu di Amerika, tapi kamu tetap orang Indonesia. The word "sorry" untuk orang Indonesia itu kewajiban, apalagi kalau kamu buat salah." 

Dia hanya terdiam, beberapa menit setelah itu, dia mulai mengeluarkan argumennya, "But most of my friends didn't say that." hanya bisa tersenyum, saya menjawabnya, "But you are different, you have to keep the value of becoming an Indonesian. Asma masih orang Indonesia khan?" Dia menangguk. Syukurlah, masih bisa difahami. 

Dari kejadian diatas, saya kemudian berfikir sejenak bahwa akhir-akhir ini kata "Maaf" sudah "mungkin" terlupakan. Orang bisa dengan mudah berbuat kesalah dan pergi begitu saja. Padahal tidak ada ruginya kalau sekadar berucap "Saya minta maaf", toh kita pasti akan lebih dihargai kalau mengetahui itu kesalah kita dan kita mencoba memperbaikinya even hanya dengan 1 kata; "Maaf"

Maafkan saya yang sudah banyak mengoceh, semoga bermanfaat dan bisa ditularkan kebiasaan meminta maaf kepada generasi dibawa kita.

Salam,...

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun