Mohon tunggu...
Lusia Imelda Jahaubun
Lusia Imelda Jahaubun Mohon Tunggu... Wiraswasta - Gadis desa dengan mimpi bisa mengelilingi dunia

Karena beberapa perasaan sulit untuk diungkapkan, maka menulislah.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Kiai Petani

24 Oktober 2017   00:10 Diperbarui: 24 Oktober 2017   00:16 1335
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Buku karya Ali Antoni,..

Bahasa yang ringan dan sangat mudah diikuti alur cerianya. Disini dikisahkan ada seorang anak  muda dari kota yang akan menempuh kehidupan keluar dari kenyamanannya dan berjalan ke daerah pedesaan berbekal cerita dari pesantren_tempat yang seharusnya dia berada. Dalam pertemuannya dengan petani yang juga seorang kiai, dia belajar bagaimana mendajadi manusia seutuhnya dengan tidak bersungut dan mengiklaskan apa yang terjadi dalam kehidupan.

Fokus utama dari buku ini adalah Tengger_Pemuda dari kota dan Kiai Petani, namun saya lebih tertarik untuk menceritan Pak Kiai Petani. Dalam kesehariannya, dia hanyalah seorang petani biasa yang meyimpan semua pengetahuannya kepada siapa saja yang mau diajar, hanya saja dia tidak seperti kebanyakan orang yang terlalu pamer dengan hal tersebut. 

Banyak hal-hal baru yang diajarkan Pak Kiai kepada Tengger. Mulai dari bagaimana bertahan hidup dalam kondisi yang serba kurang, bagaimana bersosialisasi dengan lingkungan yang tidak jarang membuat kesal sampai ke masalah prinsip pernikahan. 

Ada 1 bagian yang paling saya sukai dari pembicaraan Pak Kiai dengan anaknya (Barep). walaupun pembicaraan ini terkesan sedikit pribadi, namun Tengger diperbolehkan untuk mendengarkan, ini semata-mata dilakukan untuk memberikan pelajaran yang sama kepada 2 pemuda itu tentang bagaimana bersegera untuk menikah jika sudah tepat waktunya.

Kira-kira seperti ini penggalannya..

#45

Mas Barep sedang berbicara dengan Mbah Yai petani, aku diperbolehkan menyimak, padahal ini agak pribadi urusannya.
"Kapan kami menikah Barep?"
"Masih agak nanti Pak.."
"Nunggu apa lagi, calon sudah ada, kasihan dia nunggu lama-lama!"
"Iya Pak.."
"Perlu kamu tahu Barep, mungkin kamu sudah biasa sendiri dan tidak punya masalah kalau sampai kelakpun sendiri, tapi tak usah pamer kegagahan didepan hidup, kalau kamu bisa menikah, ya menikahlah!"
"Iya Pak.."
"Lelaki bisa saja hidup tegar, entah di dalam istana atau di rumah sederhana, tapi untuk membuat hangat isinya, kamu memerlukan wanita!"
"Iya Pak.."
"Hangat disini belum tentu bahagia, hangat itu karena ada panasnya, pasti ada masalah. Manusia sendirian saja tidak bisa kompromi dengan dengan jiwanya, apalagi dua orang, dua ego, dua kemauan, dua macam pikiran, dua pendapat, dua sudut pandang! Jelas tidak mudah, pasti ada nada gesekan, tapi disitulah, kamu mendapatkan kehangatan! Kalau adem terus, bisa mati kedinginan kamu nanti."
"Iya Pak,.."
"Jangan iya tapi tidak! Kamu bilang iya tapi kamu tidak berangkat?"
"Masih menunggu Pak,.."
"Nunggu apa? Harta yang cukup? Waktu yang tepat? Atau ada hal lain?"
"Nunggu mantapnya hati, Pak,.."
"Kayak urusan iman saja kamu ini Barep,.."
"Kan menikah itu setengah agama Pak, jadi wajarlah disamakan dengan iman,.."
"Pintar kamu jawabnya, semoga kamu juga nanti jadi ayah yang pintar bagi anak-anakmu kelak!"
"Amin Pak, mohon doa restunya"
..........
Lalu Mbah Yai melihat kearahku.
"Kamu sendiri nggak punya pacar Ngger?"
"Sempat punya Mbah, tapi karena memutuskan hendak masuk pondok dulu, jadi putus, saya takut membebani dia Mbah,.."
"Haha,.. alasanmu saja! Sebenarnya kamu yang takut terbebani, juga tidak mau cemas jangan-jangan dia di sana dengan pria lain, juga tidak mau repot harus menjaga hubungan dengan tak putus komukasi. Selalu saja kaum pria punya banyak alasan untuk hanya membenarkan dirinya!"


Kira-kira begitu penggalan bagian ke #45 dari buku besutan Ali Antoni. Banyak hal menarik lain yang di bahas oleh Pak Kiai, dari masalah-masalah ringan sampai ke hal-hal yang kompleks seperti politik dan bisnis. Tapi yang membuat buku ini menjadi menarik dibaca adalah pilihan kata yang dipakai oleh pengarang buku dan sangat mudah dipahami dan ringan untuk dicerna. 

Tidak salah jika buku ini bisa diselesaikan hanya dengan sekali duduk.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun