Mohon tunggu...
Robert Setiadji
Robert Setiadji Mohon Tunggu... Penulis - Warung Om KOMPA dan Tante SIANA Cari Kawan Kolaborasi

Email : Om KOMPA Tante SIANA warung.kata2x@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Money

20 Tahun Kerusuhan "Jakarta Bumi Hangus" 13-15 Mei 1998

8 Mei 2018   08:41 Diperbarui: 8 Mei 2018   08:50 1107
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

20 Tahun Kerusuhan "Jakarta Bumi Hangus" 13-15 Mei 1998 dan Asuransi Rebound (Melambung).

Tahun 1988 sepuluh tahun sebelum peristiwa "Jakarta Bumi Hangus"1998.

Setelah lulus sarjana dari Yogyakarta kemudian saya melanjutkan kuliah di Jakarta pada sebuah Lembaga Pendidikan milik Bank Indonesia angkatan 1988 dimana terkenal dengan Dewan Kurator yang berasal dari Pemilik Bank dan Pejabat-pejabat Direksi Bank Pemerintah dan Bank Swasta Nasional serta Bank Asing. Dan mereka juga ada yang menjadi pengajar yang kadang diganti dengan asisten yang juga pejabat senior dari Bank .

Di Indonesia Bisnis Asuransi Kalah Pamor dengan Bisnis Bank

Saya ingat ketika itu Dosen mata kuliah Asuransi yaitu Bapak Warsito Sanyoto SH seorang Pengacara Terkenal Kondang Specialist kasus-kasus Asuransi dan beliau pernah berkata bahwa Bisnis Asuransi diluar negeri lebih besar ketimbang Bisnis Bank karena banyak Asuransi sebagai Pemilik dari Bank dan Asuransi itu sebagai atap dari semua bisnis sebab"Asuransi itu Melindungi" semua kegiatan bisnis usaha termasuk bisnis Bank. Tetapi saat itu di Indonesia terbalik keadaannya yaitu banyak Bank memilki Asuransi.

Hal tersebut bukan omong kosong dan benar adanya terbukti ketika saya baru pertama kali kerja di Bank pada sebuah Bank Swasta Nasional sebagai Pejabat Pemberian Kredit atau Account Officer yang bertugas sebagai Marketing sekaligus Analis Kredit bila melakukan kunjungan survey Usaha dan Jaminan pemohon Pinjaman Kredit baru maupun Perpanjangan Fasilitas Kredit selalu didampingi dengan Pihak Asuransi karena Bank tempat saya bekerja juga mempunyai Perusahaan Asuransi.

Kondisi tersebut disebabkan bisnis Bank sebagai "Anak Emas" dan sedang digalakan untuk dimajukan dalam pembangunan ekonomi Indonesia dengan dikeluarkan Kebijaksanaan  "Pakto 88" atau Paket Kebijakan Oktober 1988 yang dikenal dengan "Gebrakan Sumarlin" sebagai Menteri Keuangan kala itu, yang berisi secara garis besar memudahkan persyaratan Pendirian Bank.

Tak heran lagi kemudian banyak Bank Baru tumbuh bermunculan bak "Jamur di Musim Hujan", Hal tersebut sebabkan persaingan bisnis Bank menjadi semakin ketat sehingga Bank-Bank tersebut berlomba-lomba salurkan Kredit Pinjaman yang akibat ekonomi Indonesia menjadi "Memanas atau Overheated"

Kondisi Overheated tersebut berusaha direm dengan Kebijakan Pengetatan Pemberian Pinjaman atau dikenal Tight  Money Policy, namun sepertinya sudah terlambat karena ada faktor saat pemberian kredit pinjaman tidak berhati-hati sehingga banyak terjadi Gagal bayar atau Wanprestasi nasabah yang berujung menjadi Kredit Macet.

Tentu karena para nasabah tersebut gagal bayar berimbas pada Bank Pemberi Kredit juga mengalami Saldo Merah di Bank Indonesia sehingga Kas Negara jadi kosong tidak mampu bayar Hutang Luar Negeri yang jatuh tempo. Kemudian Pemerintah minta bantuan Pinjaman dari IMF atau International Monetary Fund dimana perjanjian tersebut ditanda tangani oleh Michael Camdesus Direktur IMF dan Presiden RI Suharto, untuk menangai Krisis Moneter di Indonesia dengan salah satu syaratnya yaitu Melikwidasi 16 Bank Bermasalah dengan Likwiditas Bank penerima BLBI atau Bantuan Likiditas Bank Indonesia yang hingga sekarang kasusnya belum tuntas-tuntas.

Kerusuhan akibatkan Bank Terpuruk dan Asuransi Rebound (Melambung)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun