Part.18
MEMINTAS JALAN
Ini kisah 13 tahun yang lalu
Sebuah kereta yang cukup besar beroda empat ditarik oleh empat ekor kuda pilihan yang berwarna coklat bercorak putih pada kepala dan surainya yang melambai-lambai ketika melintas jalanan yang berbatu.
Derap kaki mereka menimbulkan suara khas kaki-kaki kuda bertapal besi menghantami bebatuan sepanjang jalan. Debu tampak mengepul di belakang kereta karena, kereta melesat cepat mengejar waktu yang semakin turun ke dalam gelap.
Matahari senja yang mengawang di langit dengan warna jingga indah malah membuat si kusir kereta tampak gugup dan cemas.
Kusir kereta yang kurus tinggi berpakain ringkas. Rambutnya panjang digelung diikat tali hitam yang tersembunyi di bawah topi lebar yang dipakai.
Matanya agak sipit terlihat nyata sekali menyiratkan kecemasan di hatinya. Hidungnya yang tinggi panjang selaras dengan kumisnya yang panjang melengkung bergerak ketika ia menggertakan gigi, bersamaan tangan kanannya memegang cemeti terayun ke depan.
" Ctarr... Cetarrrtt... Hiyaaa... Hiyaaa... Herrr... Herr!"
Suara cemeti meledak di udara disusul teriakan Ki Sarno sang kusir yang membuat empat kuda penarik kereta melonjak, membedal menambah laju kereta.