Jalan Pengorbanan yang Berliku
Santanu yang terbengong melamun, makan tak enak, tidur tak nyenyak. Badannya yang gagah perkasa menyusut layaknya diet karbo saja.
Layu tubuhnya, sayu matanya, bagai kuncup mawar asmara yang terlanda kemarau panjang, merangas menunggu ajal tiba.
Istana dan tetek bengeknya sudah tidak menjadi prioritas pikirannya. Pikiran dan lamunannya hanya terarah satu kepada wajah yang cantik menggoda namun tak terjangkau tangan.Â
Semua tidak tahu, gegara apa sang Raja bisa berubah 400 derajat ini. Cinta yang luka disimpannya rapat-rapat.Â
Melewati malam sepi sendiri, hanya menatap kosong rembulan dan gemintang di angkasa raya.
Untung saja... ada satu insan yang begitu perhatian. Dewabrata sang putera yang melihat perubahan itu semua.
Ada apa gerangan sang Raja, gundah gulana tak terkira? Menyimpan rerasa begitu rapat?
*
Dari sang kusir kereta, terbukalah jawaban atas semua teka-teki, mengapa Baginda bermuram durja dan kadang tertawa dengan sejuta damba.
Seorang wanita bernama Dewi Satyawati yang telah mengusik kedamaian hatinya ternyata. Istri seorang Resi Palasara, yang bersedia menjadi istri jika tuntutan ayahnya Dasapati dipenuhi. Bahwa turunan Satyawatilah yang berhak menjadi raja di Hastinpura nantinya.
Sang Dewabrata dengan kecintaan dan keluhuran budinya rela berkorban demi kebahagian Ayahdanya bersedia mengalah menyerahkan tahta dengan laku pengorbanan yang luar biasa.Â