Suara meoangan kucing semakin sering intensitasnya.
Bahkan lebih dahsyat, dan telah jatuh korban.
Tikus mati dengan luka cakar kucing dan hilang kepalanya.
Anjing mati dengan gigitan kucing dilehernya.
Kambing mati dengan gigitan robek diperutnya.
Orang mati, ya memang sudah ajalnya.
Kematian beruntun ini membuat polisi turun tangan. Police line, dibentang mengitari kebon Duren dan Salak yang semakin beraroma teror.
Bunyi eongan dan cakaran kucing seperti nyanyian atau musik ditengah malam. Yang membuat nyali ciut semua orang.
Polisi yang berjaga-jaga seberani apapun, merinding juga kuduknya.
Hingga suatu malam, datang sebuah Ferari Sporty terbaru, tepat di depan pintu masuk kebon itu. Matanya yang besar seperti sepasang mata kucing, membuat terkejut para petugas yang berjaga-jaga.
Dengan sigap pemimpin jaga meloncat ke arah Ferari yang mesinnya masih meringkik dalam derum.
Pintu kemudi terbuka, keluar seraut wajah yang diluar prediksi pertama. Sebuah tunggangan Ferari yang elegan, yang muncul sang Driver gadis seperti itu. Oh!
Rambutnya warna pirang diikat oleh tali rambut warna-warni. Sisa poninya jatuh menutupi separuh wajahnya, yang penuh bintik-bintik. Matanya lebar, hidung mungil. Heran pipinya sangat cubby.
Senyum hanya berupa garis tipis lurus, hanya terangkat sudut-sudutnya saja. Tangannya ramping, kakinya ramping berlegging macan tutul, bentuk badannya juga ramping. Suaranyapun terdengar ramping, saat menjawab pertanyaan Bonar sang petugas.
" Selamat malam juga, Bapak Petugas," suaranya bergemerincing seperti lonceng di akhir Desember.
" Maaf, Nona. Ini tempat telah di karantina, guna penyelidikan lebih lanjut oleh pihak berwajib. Nona tidak boleh masuk!" jelasnya ramah.
Mata yang sudah membulat, tambah melebar lagi, sampai-sampai Pak Bonar, takut bola mata itu akan jatuh.
" Apa?," jawabnya dramatis.
" Bapak Petugas yang baik, aku ini RinMuna, pemilik kebon ini," jelasnya sambil menyalakan senter di smartphonenya, menerangi wajahnya sendiri.
Pak Bonar, sampai terkejut dibuatnya, Karena dengan tiba-tiba wajah RinMuna menjadi rata, datar... tidak ada mata... tidak ada hidung.
" Ha... Ha... Ha... kena!" tertawa RinMuna renyah, berhasil mengagetkan petugas.