Mohon tunggu...
YAKOB ARFIN
YAKOB ARFIN Mohon Tunggu... Buruh - GOD LOVES TO USE WHO ARE WILLING, NOT NECESSARILY THE CAPABLE

Addicted by Simon Reeve which experts conflict resolution documentary with his journey around the Carribean

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Mencicipi "Dewondarru", Buah Sarat Mitologi Pegunungan Kawi

3 Maret 2016   16:40 Diperbarui: 16 Juni 2016   23:00 854
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Dewo Ndaru berarti dewa pembawa wahyu/mukjizat, bagi orang jawa kental dengan mitos (Foto: YAKOB ARFIN)"]

[/caption]Awal Januari lalu (1/1), saya berkesempatan (bukan kesempatan emas) duduk di bawah Pohon Dewondarru, di Desa Peniwen, Malang, Jawa Timur. Dari namanya, terdengar seperti mengandung penggalan kata "Dewa", dalam bahasa jawa dilafalkan sebagai "Dewo". Ya, barangkali saya sedang duduk di bawah pohonnya dewa. Tahun baru yang cukup sempurna dan istimewa.

Kata orang, pohon ini mengandung kisah yang agak mistis. Ada mitologi atau kepercayaan orang tertentu tentang pohon ini.

Ini baru kata orang, yang ceritanya sudah sering terdengar. Apalagi bagi orang-orang yang "rajin" sowan ke Gunung Kawi. Katanya sih ingin dapat berkat atau pesugihan. Tapi entahlah, saya pribadi tidak meyakini.

[caption caption="Griya kuno mbah kakung di Desa Peniwen, Kecamatan Kromengan, Malang, Jawa Timur. bentuk kusen dan jendela klasik pedesaan. (Foto: YAKOB ARFIN)"]

[/caption]Terlepas dari mitologi yang beredar, saya cukup merasa senang pada tahun baru 2016 lalu saat sambang ke rumah mbah kakung. Dan kebetulan, Pohon Dewondarru ini tampak berbuah ranum. Hijau, kuning, jingga, dan merah warnanya. Gradasi warna yang menyegarkan mata.

Apalagi, dari Desa Peniwen, tempat di mana mbah kakung saya tinggal, bisa berhadapan langsung dengan Gunung Kawi bila tidak mendung atau berkabut. Sungguh liburan di pedesaan yang menawan.

[caption caption="Suasana Desa Peniwen di pagi hari. Punggung Gunung Kawi tampak dari kejauhan. (Foto: YAKOB ARFIN)"]

[/caption]Uniknya, desa ini bersanding dengan rupa-rupa mitologi Puncak Kawi yang tak awam lagi didengar telinga. Bagi saya ini cuma kebetulan. 

Oh ya, pohon Dewondaru yang ada di halaman rumah mbah kakung ini usianya nyaris seusia bapak saya. Meski kecil dan mungil, usia pohon ini hampir 54 tahun. Ditanam sebagai salah satu pengisi halaman untuk menyambut para tamu yang singgah ke rumah ini.

Jarang-jarang saya menemukan pohon ini berbuah. Mungkin hanya setahun sekali. Sepertinya, pohon ini kerap berbuah hanya pada momen tutup buka tahun. "Ah, pintar sekali dia memilih waktu untuk berbuah," begitu saya pikir.

Pada pagi yang masih sejuk dingin dengan sedikit tarikan denyar mentari, saya duduk di bawah Pohon Dewo ini. Kagum dan bergumam akan indahnya.

Sesekali saya tarik dahan dan rantingnya, dan memetik buahnya yang merah seperti merahnya buah Cherry. Setelah dikecup dan digigit sedikit "hmmm.... ampunnn kecut banget, asyem rasanya," dasar cah ndesso.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun