Mohon tunggu...
Jack Soetopo
Jack Soetopo Mohon Tunggu... -

Pensiunan Tk Becak, berasal dari Bolaang Mongondow, Sulawesi Utara yang kini tinggal di Denpasar, Bali.\r\nemail jacksoetopo@gmail.com, jack.soetopo@facebook.com or Please dial (571) 306-1588 or tinggalkan Pesan...................\r\ndiscoveramericaindonesia.blogspot.com\r\njacksoetopo.newsvine.com\r\n” What we think determines who we are. Who we are determines what we do. The actions of men or women are the best interpreters of their thoughts.”\r\nOur Thought determine our destiny. Our destiny determines our legacy.By John Locke.\r\n

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Politik Indonesia: Salah Kaprah

5 Maret 2011   02:54 Diperbarui: 26 Juni 2015   08:03 244
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_92538" align="alignleft" width="300" caption="SUmber: GoogleBecak"][/caption]

Sehabis perjalanan yang melelahkan, akhirnya saya tiba dirumah dengan selamat, dan tidak lupa membaca Kompas.com.

Saya jadi teringat dengan tulisan2 di kompasiana mengenai politik di Indonesia.

Lalu saya membuka artikel2 yang saya telah tulis dalam beberapa bulan ini, karena sebetulnya saya tidak sengaja membuka Kompas.com untuk mencari tahu berita2 di Indonesia.

Seperti CNN.com, Washington Post, sangat mudah untuk bergabung dan menulis komentar2 disetiap berita dan opini/ blog yang ditayangkan.

[caption id="attachment_92539" align="alignright" width="300" caption="Sumber: GoogleBecak"]

12992930921808406849
12992930921808406849
[/caption] Saya mencoba bergabung dengan Kompas.com mencoba click sana click sini, mencari2 berita atau opini/ block yang mungkin menarik buat saya.

Akhirnya saya menemukan Kompasiana, mulanya saya ragu apa sih Kompasiana itu, kelihatannya sangat asing dan terlalu muda bagi umur saya.

Setelah membaca beberapa topic dan bagusnya Admin Kompas.com mengirim email kepada saya, bahwa Id dan email saya bisa juga dipakai di Kompasiana,

dan ada kolom bagaimana mengirim blog, membuat blog, dan ada dashboardnya segala.

[caption id="attachment_92541" align="alignleft" width="300" caption="Sumber: Google Becak"]

12992935781819983475
12992935781819983475
[/caption] Lalu saya mulailah menulis blog2 dan report. Dan juga bisa memberikan komentar kepada para penulis yang lain.

Betapa serunya, terutama masalah politik dan hukum di Indonesia.

Benar2 sangat menarik sekali.

Mengingatkan perdebatan2 saya dulu 30-40 tahun yang lalu.

Seperti De-Javu all over again, cuma bedanya mereka yang menulis blog adalah generasi penerus, semua generasi saya di Indonesia mungkin sibuk, mungkin sudah wafat, mungkin sudah pengusaha terkenal, menjadi menteri, menjadi ahli2 yang lain.

Alhasil, saya sangat menghargai Kompas yang sangat tanggap terhadap kemajuan teknologi dan membuka wacana ini untuk semua orang bisa memberikan komentar2 dan opini2 yang membangun.

Untuk itu saya juga ingin menulis opini tentang Politik di Indonesia.

[caption id="attachment_92543" align="alignright" width="300" caption="Sumber:GoogleBecak"]

1299293210987524775
1299293210987524775
[/caption] Kesalah Kaprahan BerPolitik di Indonesia, mengingatkan saya dengan perdebatan dulu mengenai Multi Partai di Indonesia ditahun 50 sampai akhir 60an.

Beberapa teman sekuliah saat itu naik sepeda ria dan kami suka berkumpul di daerah Malioboro, Jogja.

Dari segala penjuru Indonesia saat itu suka lesehan disana sampai larut, apalagi menjelang hari Minggu, ada yang Partai ini, ada yang partai itu,

semua nimbrung, yang tidak mau menimbrung mereka biasanya cuma pergi menonton wayang.

Kadang terjadi perdebatan yang sengit, antara kami semua.

Suatu malam minggu, perdebatan2 soal politik memuncak sampai terlihat ketegangan, padahal seperti anda semua tahu kalau di Jogja jarang sekali ada ribut2an seperti itu, karena takut ada yang memanggil polisi. Maka salah satu dari kami mencoba meredakan.

Akhiranya reda dan sunyi, dan saya mencoba berguyon, dengan mengatakan”Ayolah minum dulu kopinya nanti dingin”.

Tidak ada suara sambutan apapun.

Tiba2 seorang teman dari Jakarta yang dari tadi hanya menyimak, berdiri dan berbicara dengan lemah lebut.

Kalian dan pemerintah ini sepertinya sudah kerasukan oleh Poltik saja.

Padaha Politik Cuma kendaraan, Ibarat Becak, dan Kita adalah supirnya.

Jangan Salah Kaprah dong, Malah Kita jadi tegila2 dengan Becak.

Apalagi Becaknya dibawah ke dalam Kantor.

Lalu dipuja-puja, disayang-sayang, dicat putih, biru, merah, kuning seperti umbul-umbul saja.

Dipasangkan klason, dipasangkan terpal yang baru, joknya dipasang kulit sapi.

Setiap ke kantor kerjanya Cuma mengurusi Becak, ke kali bawa Becak, wakuncar bawa becak, ngantenan bawa becak. Tiada Hari tanpa berbicara soal becak mana yang lebih bagus dan keren.

Sampai2 lupa kerja, lupa makan, lupa kuliah, lupa pacar.

Setiap ada acara besar selalu Ramai2 pamer Becak, Balapan Becak, Parade Becak.

Inilah Kesalah Kaprahan berPolitik di Indonesia.

Tulisan lainya, Kesalahan Fatal Dalam Berpolitik.

Jack Soetopo dari Washington DC

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun