Mohon tunggu...
Jack Soetopo
Jack Soetopo Mohon Tunggu... -

Pensiunan Tk Becak, berasal dari Bolaang Mongondow, Sulawesi Utara yang kini tinggal di Denpasar, Bali.\r\nemail jacksoetopo@gmail.com, jack.soetopo@facebook.com or Please dial (571) 306-1588 or tinggalkan Pesan...................\r\ndiscoveramericaindonesia.blogspot.com\r\njacksoetopo.newsvine.com\r\n” What we think determines who we are. Who we are determines what we do. The actions of men or women are the best interpreters of their thoughts.”\r\nOur Thought determine our destiny. Our destiny determines our legacy.By John Locke.\r\n

Selanjutnya

Tutup

Politik

Tanggapan Terhadap Tulisan Ira Oemar

17 Agustus 2014   09:24 Diperbarui: 18 Juni 2015   03:20 1725
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Justru menjadi pelajaran buat umum, memang manusia manusia di Indonesia, maupun di dunia ada dan selalu akan ada yang seperti ini.

Tugas saya selama ini adalah memberikan imbangan dan penjelasan kepada umum, bahwa kita tidak akan selalu duduk selevel, bahkan sejajar dalam pemikiran. Karena faktor keberpihakan (bias) yang ada, entah itu sudah terima duit yang nikmatz, atau agenda2 pribadi seperti SARA, dan kenimatan hidup lainnya.

Alasan lainnya, adalah bahwa banyak generasi muda yang sudah mengikuti gaya yang sama. Mencoba bermain politik gaya seperti ini.

Oleh sebab itu, seperti generasi muda, seperti Ahok katakan, 'Akan kita adu, mana yang lebih kuat.' Seperti dalam kampanye, pilgub dimana Jokowi dan Ahok ditertawakan ketika memberikan penjelasan seperti akan membuat Indonesia baru, dan ternyata Jokowi dan Ahok menang, perlahan-lahan terlihat sekali apa yang dikatakan, dilakukan oleh mereka berdua.

Tidak ada dari pihak pilpres koalisi 1 yang mencoba menggugat ke MK saat itu.

Keseluruhan, kesimpulan saya. Gugutan pilpres kali ini yang dilakukan Capres Koalisi nomor 1 pelajaran untuk semua pihak jangan menghitung telur, sebelum ayam nya bertelur, dan ini bisa leboh jelas akan dibagi dalam beberapa fase, salah satunya adalah
1. Kemalasan dari para saksi yang ada di tingkat TPU didaerah-daerah.
Mengapa?
Pelajaran pertama. Politik adalah lokal.
Jadi jalankan tugas menjadi saksi.
Pelajaran kedua. Tanda tangan itu mengikat.
Jadi serius, kalau sudah tanda tangan, jangan mencoba menarik justru teliti sebelum tanda tangan.
Pelajaran ketiga. Jika sudah hari H nya semua harus sudah siap.
Jadi siap untuk mengawasi, siap untuk membuat bantahan. Tidak lagi beropini. Karena inii bukan Kompasiana lagi.
Pelajaran ke empat. Persiapan Mental.
Jadi kalau kalah menangnya itu sudah harus diputuskan saat perhitungan suara. Jangan beropini dan berfantasi serta fiksi ria lagi. Kereta sudah sampai ke Jakarta, baru menggugat. Itu namanya Malas.

2. Kemalasan tim sukses yang menggugat di pusat khususnya di Polonia.
Karena mereka duduk manis saja, berpesta pora dan berkampanye fitnah. Menghitung bahwa dengan koalisi besar mereka akan dapat 60juta pemilih. Padahal Pemilihan Caleg itu berbeda dengan pemilihan Capres.
Ini menjadi pelajaran fatal,
1.Contohnya saja Partai Demokrat yang kehilangan puluhan kursi di Caleg. Partai PKS yang kembali melempem dan menuju ke status yang sama sepuluh tahun yang lalu.
2. Persepsi masyarakat yang sudah maju karena informasi yang lancar selama ini.
3. Persepsi masyarakat yang melihat tidak ada kemajuan yang berarti secara infrastruktur di daerah-daerah.
4. Enegi yang dilakukan Jokowi dan Ahok, dimana partai Gerindra justru memetik buahnya dengan kemenangan Jokowi dan Ahok menjadi Gubernur DKI Jaya. Dan terus menerus membangun Jakarta.
5. Kecerobohan membiarkan isu2 fitnah merambah justru membuat efek 'Membangunkan Silent Majority'.
6. Kalkulasi yang salah dan fatal, tidak memperkirakan fitnah2 ini justru akan membuat Wanita Indonesia yang sselama ini sebagai silent majority akan bangki, dan menuntuk hak pilihnya.
7. Kalkulasi yang salah dan fatal, menganggap golput yang selama ini duduk manis seperti tukang2 becak, tukang tahu, tukang ojek, dan rakyat akhirnya bangkit menuntut hak pilihnya/
8. 'You can fool people, but you can not fool people all the time". Jadi gaya kampanye Fitnah, dan Busuk memang akan menjadikan banyak orang jadi apatis. Tetapi membodohkan orang dengan fitnah, akhirnya membuat orang mengertahui bahwa anda bukan seorang pemimpin yang diinginkan. Rakyat menolak.(Mayoritas) Bahkan yang tadinya memilih anda akan menjadi kecewa berat. Seperti kasus PKS, PD yang akhirnya di hukum oleh pemilihnya sendiri.
9. Menggugat ke MK adalah strategi yang salah kaprah. Jika diawal nya seperti di TPU sudah diselesaikan dengan jeli dan cermat oleh pihak capres nomor 1.
10. Mengakumulasi persoalan dengan cara mencopas gugatan dari pemilu yang lalu.Justru menunjukan ketidak ada pengertian yang nyata terhadap demokrasi yang ada. Padahal contoh selama kunker ke luar negeri sudah ada.

Saya secara pribadi tidak akan mengajarkan para pecundang seperti capres nomor 1 ini karena
1. Arogansi.
2. Gloth.
3. Korup.
4. Tamak.

Untuk ini saya tutup dengan good note, bahwa ini adalah pernyataan pribadi saya, dan memberikan penjelasan kepada umum, bahwa kita kini hidup di persimpangan jalan, dimana para pengikut status quo, dan para pengikut perubah Indonesia menjadi NII, akan selalu ada, dan terus bertarung dengan para pembela Pancasila, dan NKRI ini.

Seperti Ahok katakan," Saya bukan Setia kepada Konstituen, tetapi kepada Konstitusi, setelah saya di sumpah menjadi pejabat negara ini."

Dan Selamat kepada Wanita Indonesia yang telah bangkit dari kediaman selama ini. Menunjukan mereka bahwa Wanita adalah bagian yang sangat penting dalam demokrasi Indonesia. Baik sebagai lawan seperti Ira Oemar, maupun seperti wanita-wanita Indonesia, lainnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun