Malam malam begini Jaka pastinya mengendap dalam kamar sendirian sambil menatap layar handphone sendirian. Tapi jangan berfikir negatif pada Jaka malam ini. Dia hanya menginginkan bahagia bersama tangan dan jemarinya malam ini, bersetubuh secara perlahan hingga mencapai titik klimaks yang amat ditunggu, sedang sabun di kamar mandi akan menjadi pelumas. Sekali lagi jangan berfikir yang aneh aneh tentang Jaka malam ini. Dia hanya ingin berbahagia saja. Tidak lebih.
 Di tengah polemik yang menyiksa dirinya pada keramaian orang orang yang membicarakan politik negeri ini, pemilihan umum, milenial memilih. Persetan dengan itu semua, Jaka tak suka sama sekali dengan segala hal yang bersangkutan dengan kursi publik. Tidak sama sekali. Dia tak suka dengan jabatan. Tak ada yang menarik disana. Lebih baik menyendiri didalam kamar sembari bercinta dengan telapak tangan yang dilumuri sabun. Licin, nikmat hingga akhir. Berbeda dengan polemik negeri ini. Tak ada nikmatnya sama sekali.
Malam begitu basah melumuri sebagian wajah bumi dengan rintik rintik air langit. Begitu intim hingga masuk kedalam sela sela itu, mengaliri pada saluran vertilisasi bumi hingga memberikan kehidupan pada segenap penghuni alam, termasuk manusia yang angkuh. Tak ada orang yang berkeliaran malam ini. Hanya ada Jaka dan kesunyian di balik kamar yang pengap. Sendiri dan tenggelam dalam kenikmatannya sendiri.
Layar handphone itu ditatapnya dalam dalam. Sebelum melakukan percintaannya malam ini bersama telapak tangan kanan, bukan telapak tangan kiri. Sebab tangan kiri terlalu kotor untuk di ajak berhubungan intim. Dia menonton beberapa komedi disalah satu akun di youtube, pastinya komedi milenial saat ini tak jauh dari wanita wanita seksi dan cantik yang menjadi bumbu tertawaan. Walau sebenarnya wanita itu seringkali menjadi kesalahan dalam komedi itu sendiri. Salah fokus akibatnya. Jaka terus memandangi buah dada itu sembari menikmatinya dibalik layar. Hanya bisa berandai-andai dengan itu semua.
Belum saja mencapai birahinya, iklan muncul di tengah tengah acara komedi itu. Iklan tidak bisa di skip. Cukup lama iklan itu bertengger di tengah tengah acara tersebut. Sampai pada akhirnya Jaka terbawa dengan iklan tersebut. Itu iklan partai, salah satu partai pemenang dari salah satu calon eksekutif. Jaka mulai tertarik dengan iklan tersebut. Iklan berlalu habis dan komedi berlanjut.
Nampaknya iklan tersebut sudah meracuni kepala Jaka malam ini hanya dalam hitungan semenit saja. Jaka akhirnya membuka dan mencari perihal calon eksekutif tersebut. Mencari tau, semuanya ditonton, dari visi misi hingga janji yang disampaikan oleh calon tersebut. Bahkan debatnyapun ditonton hingga habis. Ah, Jaka kenapa? Kenapa malam ini seperti ada yang meracuninya. Pada akhirnya dirinya diseret kedalam polemik negeri saat ini.
Karena terlalu lama menonton itu, sampai akhirnya Jaka enjakulasi dini pada pilihan. Bahwa ada satu yang tepat baginya. Calon eksekutif itu yang menjadi pilihannya. Katanya cerdas berjanji, cekatan membodohi, dan katanya lagi, bahwa calon yang dipilihnya adalah sosok penipu yang handal. Luar biasa. Jaka? Apa kamu baik baik saja? tidak mau melanjutkan kenikmatan yang lebih nikmat dari ini? Tidak katanya, dia lebih kenikmatan dengan ini. Loh, kok jadi begini sih. Entah.