Mohon tunggu...
Izzuddin Rifqi
Izzuddin Rifqi Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Hukum yang suka Sastra

Nggak Pernah Menang Kalau Ikutan Give Away

Selanjutnya

Tutup

Hobby

Alasan Kenapa Kita Malas Menulis dan Tips untuk Mengatasinya

11 Juni 2020   09:35 Diperbarui: 11 Juni 2020   09:39 632
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Gambar: Darunnajah.com

Beberapa hari yang lalu, seorang kawan meminta pendapat kepada saya via WhatsApp perihal bagaimana meningkatkan semangat menulis. Ia curhat panjang lebar kepada saya tentang kader barunya yang sangat sulit diajak untuk menulis. 

Ia resah. Bingung, nggak tahu mau diapain lagi kader-kadernya ini biar ada gairah kalau diajak menulis. Padahal, perkuliahan di kampusnya telah menjalankan UAS satu bulan yang lalu. Artinya, lebih banyak waktu kosong dong buat latihan menulis.

Saya sebenarnya keberatan untuk memberi solusi tentang keresahan kawan saya ini. Sebab saya sendiri adalah orang yang mageran dan tidak produktif dalam hal menulis. Masih banyak orang yang lebih berwenang dan memiliki jam terbang tinggi, yang pantas untuk dimintai pendapat dalam masalah ini. Begitulah jawaban saya saat itu.

Tapi kawan saya ini tetap ngotot dan mendesak saya untuk memberi solusi kepadanya. Saking ngototnya, ia sampai mengirimkan link tulisan saya yang sempat seliweran di salah satu platform UGC tempo hari. 

Seakan ia yakin, kalau saya adalah orang yang pas dimintai pendapat dalam masalah ini. Menyaksikan keseriusannya, saya akhirnya menyerah dan bersedia meladeni permintaannya. Saya sadar, sedikit apapun yang saya miliki, pantasnya perlu dibagi, ya, kan...? Apalagi ilmu. Hehehe.

Sebagai orang yang belajar menulis secara autodidak. Saya tidak punya jawaban yang mantab perihal bagaimana agar minat menulis bisa tumbuh. Saya cuma bisa membantu mengurai permasalahan dasar alasan orang enggan menulis. Saya pun memberi pertanyaan ke kawan saya itu tentang bagaimana minat baca para kader yang ia bimbing. Mulai dari; buku apa yang sedang mereka baca? Berapa buku yang mampu mereka baca dalam kurun satu bulan? Sehari mereka kuat membaca berapa artikel?    

Kawan saya menjawab dengan sedikit malu, "Aduh, gimana ya...sebenarnya ini juga termasuk permasalahan, sih. Memang ada beberapa anak yang suka membaca, tapi lebih banyak lagi yang tidak suka membaca."

Dari pernyataan tersebut timbul pertanyaan lagi. Bagaimana menumbuhkan semangat membaca. Terus saya jawab, "Kamu tahu Najwa Sihab, kan? Dia pernah ngomong, jika kita ingin memulai untuk suka membaca, maka carilah satu buku yang kamu cintai. Satu buku saja," kawan saya pun mulai faham di mana titik permasalahannya.

 Saya sangat setuju dengan pendapat Mbak Najwa dalam masalah ini. Sebab, terkadang dari kita (para senior), sering menstandarisasi kader untuk membaca buku-buku tertentu, dengan dalih ini itu. Yang semula si kader pengin berproses mulai dari hal-hal dasaran. Eh, malah kena tuntutan kemauan senior yang muluk-muluk. Jadinya, balik rebahan deh. Hahaha.

 Saya juga merasionalkan kepada kawan saya, kenapa membaca adalah perkara yang perlu diperhatikan sebelum kita memulai menulis. Sebab membaca adalah alat untuk memunculkan suatu ide atau gagasan, sekaligus memperkaya pembendaharaan kata. Kita sering, kan, merasa kesulitan ketika pengin mengawali suatu tulisan, atau mendadak buntu di tengah jalan. Maka dengan membaca, kita bisa menyelesaikan sebagian keresahan itu.

Para penulis hebat sering mengatakan; bahwa tidak ada penulis baik, yang tidak membaca banyak buku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun