Banyak sekali dari kita sering menyepelekan hal tersebut, terutama bagi sebagian orang tua yang terlalu menekan dan tidak memberikan anaknya kebebasan berpendapat, yang pada akhirnya si anak memilih untuk memendam emosinya sendiri, tanpa di sadari hal ini sangat berdampak buruk pada kesehatan fisik dan juga mental pada anak, bahkan bisa saja akan berdampak buruk pada hubungannya dengan orang lain.
Memendam emosi adalah suatu kondisi dimana pikiran seseorang menghindari ( tidak mengakui) dan tidak dapat mengekspresikan emosinya dengan cara yang tepat (seperti: sedih, marah, frustasi, takut, dan kecewa) baik secara sadar maupun tidak disadari. Kebiasaan tersebut tidak akan membuat emosi seseorang menjadi hilang ataupun berkurang, malah semakin hari semakin menumpuk dan orang tersebut akan terbebani dengan emosinya sendiri.
Dampak Memendam Emosi
1. Kecemasan yang Berlebih
Jika seseorang terlalu sering memendam emosinya, hal tersebut bisa mengakibatkan gangguan kecemasan berlebih, gangguan cemas yang berkepanjangan membuat otak memproduksi hormon stres secara berkala, hal ini bisa berdampak buruk pada kesehatan fisik seseorang, seperti mual, muntah, sakit kepala, bahkan hingga kesulitan bernafas.
2. Melemahkan Sistem Kekebalan Tubuh
Ketika kita terlalu sering memendam emosi, maka otomatis daya tahan tubuh kita semakin melemah dan akan lebih mudah terserang oleh berbagai macam penyakit. Dari penyakit yang dianggap sepele seperti pilek sampai dengan penyakit kronis seperti kanker.
3. Mengakibatkan Depresi
Emosi negatif yang tidak dapat tersalurkan dengan baik, juga dapat mengakibatkan depresi pada seseorang. Ketika sudah dalam fase seperti ini, emosi negatif tersebut akan berubah menjadi perasaan putus asa, hampa, bahkan sampai ingin mengakhiri hidupnya sendiri.
4. Menyebabkan Penyakit Kronis
Ketika otak memproduksi hormon stres dengan tinggi karena memendam emosi, hal tersebut bisa menyebabkan meningkatnya detak jantung dan tekanan darah pada seseorang, jika hal ini terjadi pada seseorang dalam jangka waktu yang panjang, maka akan beresiko terkena penyakit kronis, seperti stroke dan gagal jantung. Tidak hanya itu, hormon stres yang tinggi juga dapat mengganggu pengiriman sinyal dari otak ke usus seseorang, sehingga orang tersebut dapan dengan mudah terkena gangguan pencernaan.