Mohon tunggu...
Aliyyah313
Aliyyah313 Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Jika tidak ada yang engkau senangi, maka senangilah apa yang terjadi! -Sayyidina Ali kw-

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

How and Could We Do? Part 2

14 Agustus 2022   21:10 Diperbarui: 14 Agustus 2022   21:14 158
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebelum kita memasuki pembahasan, saya disini memberikan rumusan penting agar dapat meloloskan diri dari penjara kemanusiaan yang dapat merubah sistem pola pemikiran kita agar mengidentifikasi bahwa kita termasuk manusia ideal ; cakupan utama berupa kesadaran, kebebasan berkehendak, dan daya cipta akan sesuatu yang merujuk pada kesempurnaan. Sifat- sifat tersebut memang berpondasi pada Tuhan sebagaimana kita adalah ciptaannya yang dapat memiliki sifat sifat tersebut berdasarkan kerelatifan manusia serta mengikuti kualitas kualitas dari manusia itu sendiri. berbeda dengan makhluk lain manusia mampu mengembangkan sifat sifat mirip Tuhan dan mengkomparasikan dengan bentuk microcosmos (titik terendahnya dari sifat Tuhan). Sebagaimana banyak contoh insan kamil yang telah mencapai tahapan kualitas dan kuantitasnya : Dalam Budhha tersebut Mahathma Ghandi, dalam Islam tersebutkan Muhammad, dalam Kristian tersebutkan Yesus dan beberapa contoh lainnya.

Setelah kita mengetahui rumusan tersebut mari kita memasuki penjara kemanusiaan yang terbagi menjadi ; Alam, Sejarah, Masyarakat, dan Ego.

Tahapan pertama kita memasuki ranah determinisme alam menyangkutkan pada bentuk paham naturalisme. Sebagai implikasinya manusia memandang sebagai individu yang kecil atas fenomena alam yang terjadi, bahkan sering menjadi korban dari akibat manusia itu sendiri. Andaikan manusia berfikir menggunakan rumusan Kesadaran hal hal tersebut tidaklah menjadi kausalitas bagi manusia. namun sayangnya masyarakat beranggapan bahwa sang alam sebagai pencipta, dan penentu masa. Pandangan tersebut terkritik keras oleh Ali Syari'ati yang tentu saja tidak cocok dengan manusia tipe Insan. sebagaimana dikemukakannya sebagai ideologi naturalisme adalah suatu upaya lain untuk mereduksi kesadaran maupun kehendak bebas manusia dalam memilih, dengan kata lain bahwa manusia diperbudak oleh alam sedangkan manusia adalah jenis makhluk inner special yang paling maju diatas alam.

Tahapan kedua kita memasuki ranah determinisme historis yang menganggap manusia adalah bentuk dari sejarah yang tidak termakan zaman, mereka termakan oleh kultur sosial yang menyuguhkan sebuah identitas dari personalitas namun dalam hal ini justru menjadi tamparan keras bagi manusia yang sejatinya menguasai serta mampu menciptakan historis baru tapi bukan berarti kita harus melupakan historis namun kita harus menjadi pribadi dengan aktualisasi potensi kemanusiaannya dengan mengkaji sisi histori.

ilustrasi pribadi
ilustrasi pribadi

Tahapan ketiga adanya determinisme sosial berpaham bahwa sistem masyarakat yang menentukan pendiriannya, memola watak serta perilakunya dan mencetak dibawah naungan masyarakat. dalam hal ini sosiologisme tidak menerima bahwa manusia adalah makhluk memilih. padahal beberapa filsuf seperti Ali Syari'ati mengungkapkan bahwa manusia adalah makhluk yang menentukan pilihan.

Tahapan keempat ialah penjara Ego inilah penjara terburuknya manusia karena didalamnya terkuak diri manusia itu sendiri  menyebabkan manusia menjadi absurditas kesia-siaan dalam kehidupan modern ini, ego mengkontrolnya menjadi makhluk buas tidak kenal akan teman maupun lawan. Memang susah untuk menghilangkan penjara ini namun berbagai sosiolog mengemukakan pendapat dengan menghilangkan ego dapat diatasi oleh kesadaran, daya cipta kesempurnaan cinta kesesama insan.

"Manusia tercipta dari unsur ganda yaitu tanah dan ruh Tuhan, mereka berpusat pada benda terendah yang menuju hakikat ruh Tuhannya dengan berjuang meloloskan diri dari belenggu-belenggu yang memenjarakan kemanusiaannya dan sampai menuju satu sosok manusia yang dapat memanusiakan manusia"

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun