Mohon tunggu...
Rizki Sari Wahni Lubis
Rizki Sari Wahni Lubis Mohon Tunggu... -

| Freelancer | Social Worker | Mandarin Teacher | Content Writer | Full Time Daughter, Sister, and a Friend | 📧 izkielubis@ymail.com | Ig: @izkielubis | "Menulislah, tinggalkan jejak untuk dikenang" |

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Fiksi Mini | Aku & Kau, Tapi Bukan Kita

4 Juli 2018   13:15 Diperbarui: 5 Juli 2018   11:04 720
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bermula dari kau lirik aku di perpustakaan kampus, membuatku mulai memperhatikanmu. Saat itu ingin kuabaikan dirimu, tapi temanku menggoda jika pandanganmu padaku memiliki arti yang berbeda.

Perlahan, aku pun melihat ke arahmu. Memang ada sesuatu yang berbeda saat kau melihatku. Inikah yang disebut cinta? Ntahlah... aku tidak yakin itu. Yang aku yakin pandanganmu hanya tertuju padaku diantara teman-temanku.

Lirikan matamu membuat hatiku berdebar. Ingin ku abaikan dirimu saat kau melirik ke arahku, tapi tidak bisa. Seseorang pernah mengatakan pura-pura jatuh cinta itu biasa, pura-pura tidak jatuh cinta itu yang sulit. Ungkapan itu mungkin benar adanya, karena saat itu aku merasakan sulit sekali untuk mengabaikanmu.

Selang beberapa minggu setelah pertemuan itu, kaupun menghilang. Tak pernah ku lihat lagi sosokmu di perpustakaan kampus. Aku kehilanganmu. Tapi tidak mungkin ku cari kau di kampusmu, karena hubungan kita tidak sedekat itu. Aneh memang, aku tidak pernah berbicara bahkan bertegur sapa denganmu. Tapi saat tidak ku lihat dirimu, ingin aku berlari, mengejar dan bertanya langsung. Kemana kau selama ini?

Melalui media sosialmu, temanku melihat jika kau sedang menjalin hubungan dengan seorang wanita. Kau tahu, betapa sakitnya hatiku. Aku patah hati. Cinta yang tidak ku harapkan tumbuh, lalu patah hati sendirian. Ingin sekali aku teriak padamu, apa artinya lirikanmu selama ini? Aku merasakan perih itu.

Tiga tahun kemudian, aku mendengar kabar jika pacarmu itu sudah menikah dengan pria lain. Ingin aku tertawa melihat kau terluka, seperti yang dulu kau lakukan. Sayang, aku tidak setega itu padamu, ditambah memang sudah tidak ada lagi rasa untukmu.

Aku tahu kau bersedih, tapi sudahlah, lupakan dia. Mungkin dia tidak ditakdirkan untukmu, dan tidak juga aku. Bukalah lembaran baru di hidupmu, bukan kita. Karena mungkin, kita memang tidak ditakdirkan untuk bersama dalam memulai cerita baru. (Izkie Lubis)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun