Mohon tunggu...
Izadatul Maulidiyah
Izadatul Maulidiyah Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Usaha tidak akan mengkhianati hasil

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Disgrafia, Ketika Perasaan Tak Bisa Diungkapkan Lewat Tulisan

20 April 2021   20:13 Diperbarui: 20 April 2021   20:15 554
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Anak penderita Disgrafia bukanlah anak yang memiliki tingkat intelegensi rendah, bukan juga anak yang malas, anak yang tidak mau belajar dan bukan pula anak yang kurang perhatian dari orang tua serta guru"

Anak-anak yang menderita Disgrafia seringkali dianggap sebagai anak yang bodoh, malas dan nakal oleh guru bahkan orang tuanya. Pada akhirnya menyebabkan guru ataupun anak didik menjadi frustasi, namun sebernarnya anak yang menderita Disgrafia mereka sama dengan anak normal lainnya. Penderita Disgrafia juga ingin mengekspresikan, mengungkapkan dan berbagi pikiran juga perasaan mereka pada orang lain dalam bentuk tulisan mereka. Hanya saja anak penderita Disgrafia ini cenderung mangalami kesulitan dan hambatan ketika mengungkapkan perasaan mereka lewat tulisan.

Dengan demikian harusnya sebagai seorang pendidik guru dan orang tua menyadari bahwa anak penderita Disgrafia ini bukan anak yang memiliki kecerdasan rendah. Guru dan orang tua wajib meyakini bahwa anak penderita Disgrafia dapat dibantu untuk menulis asalkan para pendidik sudah memiliki pengetahuan yang cukup baik tentang bagaimana strategi pembelajaran menulis bagi anak-anak penderita Disgrafia. Serta perlu ditekankan jika anak-anak penderita Disgrafia ini merupakan anak yang mengalami kesulitan belajar terutama masalah belajar menulis yang kemampuannya berbeda dengan anak lain seumurannya.

Jika dibandingkan dengan anak-anak lain, secara psikologis dan juga fisik anak penderita Disgrafia ini sama dengan anak normal lainnya yang berbeda hanyalah ketika anak Disgrafia pada proses pembelajaran mengalami hambatan dan kesulitan saat menulis dengan lancar. Gangguan Disgrafia tidak ada kaitannya dengan kemampuan yang lainnya dilihat dari perspektif pada umumnya. Anak penderita Disgrafia ketika berbicara ia normal seperti yang lain dan kemampuan motoriknya juga normal seperti anak seusianya.

Gangguan Disgrafia ditandai dengan beberapa hal sederhana yang orang awam ketahui, contohnya anak yang mengalami kesulitan ketika mengikuti satu mata pelajaran bahkan lebih apalagi dalam konteks menulis dan keterampilan lainnya yang berhubungan dengan menulis seperti membaca dan mendengarkan. Selain itu, ditandai dengan anak yang kesulitan dalam belajar mengeja, sulit menyebutkan kosa kata, lalu kesulitan ketika akan mengekspresikan pikirannya dalam sebuah tulisan di kertas. Sekilas Disgrafia mirip dengan Disleksia apalagi ada juga orang yang mengalami Disgrasia dan Disleksia secara bersamaan.

Gejala Gangguan Disgrafia Pada Anak

Disgrafia memiliki ciri khusus yaitu bentuk tulisan tangan yang tidak jelas dan beraturan sehingga sulit sekali untuk dibaca. Namun bukan berarti semua anak yang notabenenya tulisannya jelek dan tidak rapi terkena gangguan Disgrafia. Ada beberapa anak yang memang ia ketika menulis, hasil tulisannya tidak begitu bagus. Berikut beberapa gejala yang kemungkinan terjadi ketika anak mengalami Disgrafia :

  • Anak kesulitan untuk menyalin tulisan, menyalin disini berarti hanya mencontoh dan menulis kembali tulisan yang telah dilihat dan dibaca. Tetapi anak yang mengalami Disgrafia kesulitan dalam hal tersebut.
  • Anak ketika memegang alat tulis cenderung kaku hingga ia sering merasa kram pada tangannya, posisi ia memegang alat untuk menulis biasanya salah jika benarpun anak terlalu keras dan kaku ketika menekankan pensil atau alat tulis lain pada kertas sehingga seringkali ia mengeluh capek dan sakit pada bagian tangannya bahkan baru saja memulai menulis.
  • Anak kesulitan mengeja, menulis dan membedakan huruf kapital, hampir sama dengan gejala Disleksia anak yang mengalami Disgrafia kesulitan untuk mengeja kata yang akan ia tulis apalagi ia juga kesulitan menulis dan membedakan huruf kapital/besar dengan huruf kecil. Akhirnya kebanyakan tulisannya campur-campur.
  •  Anak mencampur adukkan huruf yang seharusnya disambung dan dipisahkan
  • Anak selalu menulis sambil mengeja atau biasanya sambil menghafalkan kalimat yang akan ia tuliskan
  • Anak menuliskan spasi pada masing-masing kata selalu tidak beraturan dan tidak sama
  • Setiap menulis pasti ada satu atau dua huruf yang tertinggal, sehingga waktu dibaca janggal
  • Anak mengalami kesulitan ketika membayangkan kalimat atau kata-kata sebelum ia akan menuliskannya
  • Anak cenderung mmeperhatikan tangannya yang menulis daripada apa yang ia tulis
  • Anak cenderung mudah terpengaruh oleh sekitar ketika menulis, atau kesulitan dalam berkonsentrasi saat menulis
  • Anak seringkali menghapus kalimat yang ia tulis, bahkan ia tidak tahu kalimat itu benar atau tidak ia cenderung takut salah

Penyebab Gangguan Disgrafia

Gangguan Disgrafia ini pemicunya sering terjadi saat ada permasalahan yang ada di sistem saraf anak. Sistem saraf tersebut memiliki fungsi yaitu untuk mengatur kemampuan dan keterampilan motorik anak dalam hal menulis. Akan tetapi, faktor lain dari penyebab Disgrafia ini masih belum diketahui lebih lanjut dan secara pasti. Ketika Disgrafia terjadi pada anak-anak, maka kemungkinan yang menjadi penyebab Disgrafia pada anak ini juga terdapat adanya problem di bagian memori otak yang memberikan kemampuan pada anak dalam mengingat kata atau kalimat yang ia tulis dan bagaimana posisi serta gerakan tangannya untuk bisa menulis.

Sementara itu Disgrafia juga bisa terjadi pada orang dewasa, Disgrafia yang terjadi pada orang dewasa biasanya terjadi karena orang dewasa tersebut telah mengalami cedera otak dan juga mengalami stroke. Nah, cedera otak tersebut menyerang bagian lobus pariental sebelah kiri pada otak orang dewasa sehingga dapat memicu terjadinya Disgrafia. Gangguan Disgrafia bisa juga diturunkan pada bayi yang lahirnya prematur atau belum waktunya lahir, dan resiko mengalami Disleksia cenderung lebih besar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun