Mohon tunggu...
Andi Sitti Mariyam
Andi Sitti Mariyam Mohon Tunggu... Lainnya - Ibu Rumah Tangga

Seorang Ibu, peminat pendidikan dan pemerhati sekitar :)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Memilih Sekolah Mahal, Haruskah?

26 November 2015   12:00 Diperbarui: 28 November 2015   15:34 347
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Semester 1 tahun ajaran 2015-2016 hampir saja akan berakhir. Masih ada sekitar 7 bulan lagi menuju tahun ajaran baru berikutnya. Namun iklan-iklan sekolah swasta sudah mulai bermunculan, terutama sekolah favorit, dipercaya berkualitas dan tentu saja mahal. Sebut saja merk-merk sekolah seperti sekolah internasional. sekolah alam, sekolah islam terpadu. Sekolah-sekolah semacam ini bahkan mengadakan semacam seleksi tersendiri buat calon-calon siswanya, dengan alasan menguji kesiapan siswa atau alasan lain seperti jumlah kursi yang tidak mencukupi dikarenakan banyaknya peminat jika dibandingkan jumlah kursi yang tersedia. Lalu seberapa mahal? Biaya uang gedung bisa mencapai puluhan juta rupiah, sedangkan SPP perbulan sampai jutaan rupiah. Sungguh kisaran biaya yang fantastis bukan? Lalu jaminan yang ditawarkan jika sekolah di tempat tersebut juga sangat menggiurkan, misal menghasilkan lulusan yang berkarakter baik atau berakhlak islami, mandiri, kreatif, bahkan ada yang menulis mampu bersaing di kancah internasional. Kata-kata yang terakhir ini sungguh pernah saya lihat di sebuah iklan SMP swasta. Spontanitas  saya waktu membacanya adalah tersenyum geli. Program sekolah semacam apa yang mereka lakukan dan untuk apa kita membebankan kepada anak-anak usia SMP untuk bersaing di kancah internasional? kita saja yang orang dewasa dan bahkan telah lulus kuliah dari perguruan tinggi ternama merasa kesulitan untuk go internasional, apalagi anak yang baru lulus SMP.

Tentu saja kita adalah orang tua yang sangat menyayangi anak-anak kita. Berapapun biayanya akan kita keluarkan demi pendidikan yang terbaik dan demi masa depan anak-anak kita. Tapi benarkah ketika kita memilih sekolah-sekolah mahal tersebut adalah jaminan bahwa anak-anak akan mendapatkan pendidikan terbaik yang benar-benar dibutuhkannya? Lalu bagaimana dengan nasib anak-anak yang bersekolah di tempat-tempat murah bahkan gratis sebagaimana halnya sekolah-sekolah negeri? Apakah itu berarti kita adalah orang tua yang buruk karena tidak memberikan yang terbaik? Marilah kita urai pertanyaan-pertanyaan ini satu demi satu.

Pertama, benarkah karakter baik seorang anak dipengaruhi paling kuat oleh sistem yang bernama sekolah?

Berkarakter baik, inilah biasanya yang menjadi tujuan utama dan pertama bagi mayoritas orang tua dengan menyekolahkan anaknya di sekolah tertentu. Meskipun banyak faktor yang bisa membentuk karakter seseorang; pembawaan sejak lahir dan pengaruh lingkungan, baik lingkungan keluarga maupun lingkungan sosial. Namun seluruh pakar pendidikan, dari barat ke timur bersepakat bahwa lingkungan dengan andil terbesar dalam pembentukan karakter adalah institusi keluarga. Dimana inti kekuatan dari peran keluarga adalah ‘kedekatan dan kemampun menyentuh secara personal’. Bagaimanapun setiap manusia adalah makhluk yang unik, tidak ada dua manusia yang benar-benar sama meskipun ia kembar identik. Dan keluarga adalah tempat dimana kedekatan antar personal benar-benar terjalin. Bagi seorang anak, keluarganya adalah dunia kecilnya sejak kali pertama ia dilahirkan, dunia yang menerima dan memahami ia apa adanya dengan segala kelebihan maupun kekurangannya. Kedekatan personal inilah yang sangat kuat mempengaruhi seseorang untuk mengikuti model ataupun tata nilai. Bisa dibayangkan sebenarnya bagaimana potensi orangtua, ibu dan ayah, jika optimal mengambil peran ini.

‘Seorang bayi tak dilahirkan (ke dunia ini) melainkan ia berada dalam kesucian (fitrah). Kemudian kedua orang tuanyalah yg akan membuatnya menjadi Yahudi, Nasrani, ataupun Majusi… ‘(HR Muslim)

‘Keluarga merupakan tempat yang paling awal dan efektif untuk menjalankan fungsi Departemen Kesehatan, Pendidikan, dan Kesejahteraan. Apabila keluarga gagal untuk mengajarkan kejujuran, semangat, keinginan untuk menjadi yang terbaik, dan kemampuan-kemampuan dasar, maka akan sulit sekali bagi institusi-institusi lain untuk memperbaiki kegagalan-kegagalannya.. (William Bennett).

Sekolah modern saat ini adalah sebuah sistem pendidikan yang bersifat massal. Padahal kemampuan mempengaruhi paling besar ada pada ‘kedekatan dan kemampuan menyentuh secara personal’. Siapa yang paling dekat dan paling kuat mampu menyentuh secara personal, maka ia akan memberikan pengaruh paling besar dalam membentuk karakter seseorang. Sejujurnya ini sulit dilakukan di sekolah dengan sistem pendidikan yang sifatnya massal tersebut. Lembaga-lembaga pendidikan berbasis agama seperti pesantren sekalipun akan kesulitan jika tidak menggunakan cara pendekatan personal. Keterbatasan-keterbatasan mengenai perbandingan jumlah guru/pendidik dengan jumlah siswa adalah hal lazim di sistem sekolah modern. Satu guru dengan 20-40 siswa atau beberapa pengampu dalam sebuah asrama yang berisi puluhan atau bahkan ratusan anak tentu saja akan mengalami kesulitan dalam melakukan pendekatan personal secara intensif.  Pembiasaan-pembiasaan ibadah atau kebaikan mungkin bisa saja dilakukan melalui sejumlah aturan, hadiah dan hukuman. Namun seberapa kuat itu terpatri dalam jiwa seorang anak, sehingga kelak semua kebiasaan baik itu bukanlah menjadi sebuah keterpaksaan tapi berangkat dari sebuah kesadaran. Padahal di sinilah seharusnya letak kesuksesan sebuah proses pendidikan.

Saya tidak mengatakan bahwa sekolah itu tidak ada gunanya sama sekali. Saya hanya ingin mengingatkan bahwa sesungguhnya ada sebuah institusi berharga yang sering kita lupakan dalam pendidikan anak kita. Ia adalah sekolah termahal di dunia. Sekolah itu bernama keluarga, guru-gurunya bernama Ayah dan Ibu. Jika potensi besar membentuk karakter baik seorang anak itu sesungguhnya ada di tangan kita, maka untuk apa lagi kita menyerahkan tanggung jawab itu bulat-bulat ke sekolah. Atau jika fungsi keluarga sebagai sekolah terbaik telah berjalan dengan benar. lalu untuk apa lagi mencari sekolah yang mahal-mahal?

Bersambung ke bagian ke-2 di http://andisittimaryam.blogspot.co.id/2015/11/memilih-sekolah-mahal-haruskah-bagian.html

 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun