Mohon tunggu...
Ikhwan Amirrudin
Ikhwan Amirrudin Mohon Tunggu... Editor - mahasiswa

Saya adalah mahasiswa di Universitas Indraprasta PGRI semeter 6 jurusan Pendidikan Indonesia, saya memiliki hobi menulis puisi selain itu saya juga suka mengedit-edit foto atau video, saya ingin menjadikan pengetahuan perasaan dan pengalaman saya sebagai sebuah tulisan yang dimana akan bisa di baca untuk yang membutuhkannya karena dengan menulis saya dapat meluapkan apa yang sedang saya gelisahkan.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Bahagia Ala Stoik

1 April 2023   23:24 Diperbarui: 1 April 2023   23:32 143
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Kalian sadar ga sih bahwa pembahasan tentang filsafat ini lagi hangat di perbincangkan loh, orang-orang mulai mencari tahu dengan tinggi sebab ingin tahu hal apa saja yang ada di aliran filsafat dan ada beberapa yang mempercai bahkan menganut aliran filsafat yang menurut mereka masuk akal. Filsafat sering dianggap sebagai aliran yang menyalahi aturan agama atau berlawanan dengan agama, tapi tentang filsafat yang akan aku baas kali ini tidak berlawanan dengan agama apapun. 

Nama filsafat ini adalah stoikisme yang biasa kita sebut atau dengar sebagai stoa, stoikisme adalah filsafat Yunani Kuno yang didirikan dikota  Athena, Yunan.  Oleh Zeno dari Citium pada awal abad ke-3 SM ada pula yang mencatat stoikisme baru resmi pada tahun 108 SM. jadi perkirannya stoikisme ini sudah ada sekitar 2.300 tahun.

Tokoh-tokoh filsafat ini berasal dari berbagai kalangan, ada seorang kaisar, pejabat, dan juga pedagang, jadi stoikisme ini sangat relevan untuk diaplikasikan dari berbagai kalangan, tokoh stoikisme yang terkenal adalah Epictetus, Seneca,Marcus Aurelius dan Zeno.

Prinsip dalam stoikisme ini adalah Dikotomi kendali, yaitu ada hal-ha dalam hidup yang bisa kita kendalikan seperti (Faktor Internal) dan yang tidak bisa dikendalikan yaitu (Faktor Eksternal), ada beberapa hal yang termasuk kedalam prinsip ini menurut stoikisme yaitu.

Faktor Internal seperti 

Opini dan presepsi kita terhadap orang sekitar, teman atau bahkan keluarga kemudian keinginan kita yang kita tau bahwa itu bisa kita wujudkan atau belum bisa kita wujudkan dalam jangka dekat misalnya mau hp baru nah kita harus melewati prosesnya terlebih dahulu itu nah tapi kita harus sadar diri misal kita belum ada kerjaan, uang tabungan belum cukup dan sebagainya, lalu ada tujuan kita misal kita ingin pergi kesuatu tempat tapi ada kendala jadi mau ga mau kita harus tunda besok atau lusa, nah yang terakhir itu ada pikiran dan tindakan kita sendiri misalnya kita berfikir buru terhadap orang lain yang belum kita tau padahal orang tersebut tidak sama sekali melakukan hal buruk seperti yang ada difikiran kita jadi jangan cepat berfikir buruk kepada orang alangkah baiknya kenali dulu orang tersebut seperti apa dan tindakan pun sama misalnya kita lagi emosi terus memukul kaca yang akhirnya itu melukai kita sebenernya itu ga perlu sih dan kita harus nya bisa mengontrol diri kita sendiri dari dalam.

Faktor Eksternal  seperti 

Tindakan orang lain misalnya ada temen yang bersikap aneh kepada kita nah mungkin saja teman kita sedang ada maslah dan dia tidak bisa mengontrol dirinya sendiri, terus ada popularitas kebanyakan dari kira, kita sering melihat pencapaian orang lain atau teman sendiri ko dia umur segini udah bisa punya ini dan itu tapi ko aku belum ya nah kebanyakan kita ga bisa ngontrol hal ini dalam kehidupan, dsb. 

Jadi menurut aku filsafat stoikisme ini  mengajarkan kita untuk tetap fokus sama faktor internal yang bisa kita kendalikan dan jangan dibikin pusing, faktor eksternal yang ada diluar kendali kita seperti tindakan orang lain atau opini oranglain. Epictetus pernah menyebutkan dalam buku Enchiridion yang berbunyi " hal-hal yang berada di bawah kendali kita bersifat merdeka, tidak terlihat, tidak terhambat, tetapi hal-hal yang tidak di bawah kendali kita bersifat lemah, bagai budak, terikat dan milik orang lain. karenanya ingatlah jika kamu salah mengira hal-hal yang bagaikan budak bersifat bebas dan hal-hal yang merupakan milik orang lain sebagai milikmu sendiri, maaka kamu akan menetap dan kamu akan selalu menyalahkan para dewa dan manusia.

Gampangnya gini deh kita tidak akan merasa kecewa kalo fokus kita terhadap hal-hal di luar kendali kita, seperti opini orang lain, tindakan orang lain atau bahkan kita menyesali jenis kelamin kita, situasi wajah kita, dll. Kadang kala banyak sekali orang yang mempermasalahkan kondisi tubuh mereka saat lahir, "Kenapa rambut gua tipis ?" "hidung gue kok pesek?" "Gimana ya pandangan dia ke gue?" percaya deh kita gaakan dapat kebahagiaan  kalzu memikirkan hal-hal tersebut, pahamkan maksudnya.

Stoikisme mengajarkan kita bahwa kebahagiaan sesungguhnya hanya bisa datang dari hal-hal yang bisa kendalikan. Antara lain kebahagiaan hanya datang dari dalam, yang artinya kita tidak bisa menggantungkan kebahagiaan kita kepada hal-hal yang di luar kendali kita. Menggantungkan kebahagiaan pada hal yang tidak bisa kita kendalikan seperti perlakuan orang lain, opini orang lain, status sosial, kekayaan, popularitas dan lainnya merupakan sikap yang tidak rasional.

Sekian dari saya tentang pengetahuan stoikisme, ya semoga aja si ini berlanjut.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun