Mohon tunggu...
I Wayan Kerti
I Wayan Kerti Mohon Tunggu... Guru - Guru SMP Negeri 1 Abang

I Wayan Kerti, Lahir di Karangasem, 29 Juni 1967. Anak desa yang berprofesi sebagai guru sejak 1995 sampai saat ini ditugaskan di SMP Negeri 1 Abang. Hoby menulis karena tuntutan profesi dan keinginan untuk mengabadikan buah pikiran, perasaan agar bisa berbagai kepada yang lain.Salam literasi di masa pandemi COVID-19 ini.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Antara "Pengeleakan" dan Kehidupan Penyintas Covid-19

7 September 2021   05:14 Diperbarui: 7 September 2021   05:29 221
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Belum lagi melihat, mendengar rintihan pasien lain, nyawa yang tercabut setiap saat, sampai wajah-wajah muram di sal-sal perawatan. Belum lagi memikirkan anggota keluarga, anak-anaknya yang ditinggal di rumah. Memikirkan nafkah mereka di tengah kesulitan lapangan kerja, badai PHK, dan ekonomi yang seakan mati suri.

Dalam kondisi seperti ini, mental penderita penyintas Covid 19 bisa dibayangkan seperti apa. Kondisi ini tentu mempengaruhi kondisi fisiknya. Bisa jadi memperburuk dan  memperpanjang masa perawatan.

Kembali kaitannnya dengan "pengeleakan", penyintas Covid-19 bagaikan orang yang dianggap bisa "ngeleak" seperti di Bali. 

Orang yang bisa ngeleak cendrung diakuti, dijauhi, digunjingkan oleh masyarakat lingkungannya. Pastinya orang seperti itu akan memiliki image negatif di tengah-tengah masyarakat. Cendrung dikucilkan dan dijauhi dalam pergaulan. 

Penyintas Covd-19 pun mengalami hal seperti ini. 

Mereka cendrung dijauhi, digunjingkan, apalagi kehidupan di masyarakat desa yang pola pikirnya rendah. Penyintas Covid-19 harus bermental baja, harus bisa bangkit dan bangkit melawan semua ini. Alasan bahwa virus Covid-19 menular, berbahaya seakan menjadi pembenar bagi orang lain untuk menjauhi si penyintas Covid-19 ini.

Saat seperti ini, hanya pasangan, keluarga (anak-istri-suami) yang paham dan bisa diajak berbagi penderitaan, berbagi perasaan untuk bisa survive kembali ke jati diri, sambil menunggu kesadaran lingkungan masyarakat bahwa penyintas Covid1-19 yang sudan sembuh dan terbukti negative berdasarkan rekam medis, sah dan menyakinkan untuk bisa dan berhak kembali berbaur masyarakat.

Mari kita renungkan bersama bahwa penyintas Covid-19 tidak perlu ditakuti dan dijauhi seperti "pengeleakan" itu. 

Satu hal yang perlu diingat, Virus ini ada di mana saja, kapan saja dan bisa menginfeksi siapa saja. Tidak mengenal usia, latar belakang kehiupan,ole hidup, maupun yang lainnya. Bukti sudah banyak terjadi, banyak tenaga medis, dokter yang terpapar bahkan nyawanya terenggut. 

Orang-orang usia muda, anak-anak juga banyak yang jadi korban. Termasuk, kisah Deddy Corbuzier yang viral karena sempat mengidap Covid-19 dan hampir merenggut nyawanya. 

Beruntung tertangani dan hadiah mobil mewah diberikan ke dokter yang menangani sebagai bentuk balas budi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun