Mohon tunggu...
Iwan Tn
Iwan Tn Mohon Tunggu... -

Berhasil tidak dipuji, hilang tidak dicari

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Kopi dan Cangkir

5 Januari 2015   20:20 Diperbarui: 17 Juni 2015   13:46 81
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

"Kunci Menikmati Kopi Bukanlah Seberapa Bagus Cangkirnya, Tetapi Seberapa Bagus Kualitas Kopinya."

Dalam sebuah acara reuni, beberapa alumni Univesitas menjumpai Dosen di Kampus mereka dulu menuntut ilmu. Melihat para alumni ramai-ramai membicarakan kesuksesan mereka, dosen mereka sang Profesor segera ke dapur dan mengambil se-teko kopi panas dan beberapa cangkir kopi yang berbeda-beda. Mulai dari cangkir yang terbuat dari kristal, kaca, melamin dan plastik. Profesor menyuruh para alumni untuk mengambil cangkir dan mengisinya dengan kopi.

Setelah masing-masing alumni sudah mengisi cangkirnya dengan kopi, Profesor berkata, "Perhatikanlah bahwa kalian semua memilih cangkir-cangkir yang bagus dan sekarang yang tersisa hanyalah cangkir-cangkir yang murah dan tidak menarik. Memilih hal yang terbaik adalah wajar dan manusiawi. Namun persoalannya, ketika kalian tidak mendapatkan cangkir yang bagus perasaan kalian mulai terganggu. Kalian secara otomatis melihat cangkir yang dipegang orang lain dan mulai membandingkan cangkir kalian. Pikiran kalian terfokus pada cangkir, padahal yang kalian nikmati bukanlah cangkirnya melainkan kopinya."
Kualitas kita sebagai manusia seperti kopi dalam analogi di atas, sedangkan cangkirnya adalah pekerjaan, jabatan, dan harta benda yg kita miliki. Pesan moralnya, jangan pernah membiarkan cangkir mempengaruhi kopi yang kita nikmati. Cangkir bukanlah yang utama, kualitas kopi itulah yang terpenting. Jangan berpikir bahwa kekayaan yang melimpah, karier yang bagus dan pekerjaan yang mapan merupakan jaminan kebahagian. Itu konsep yang sangat keliru. Kualitas hidup kita ditentukan oleh "Apa yang ada di dalam" bukan "Apa yang kelihatan dari luar". Apa gunanya kita memiliki segalanya, namun kita tidak pernah merasakan damai, sukacita, dan kebahagian di dalam kehidupan kita? Itu sangat menyedihkan, karena itu sama seperti kita menikmati kopi basi yang disajikan di sebuah cangkir kristal yang mewah dan mahal.

Salam.

Iwan

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun