Mohon tunggu...
Iwan Sukamto
Iwan Sukamto Mohon Tunggu... Lainnya - Menulis adalah kenikmatan terbaik dalam hidup

Seseorang yang suka menulis, berdiskusi, mendengarkan dan mempertanyakan tentang suatu perspective. Tidak menyukai suatu hal yang netral. Netral itu membosankan, tidak bergairah, dan takut untuk memilih. Sangat percaya setiap orang unik karena pola pikir dan keberanian untuk mengungkapkan sudut pandangnya. The sexiest part of our body is our mind. Mari sama sama bercerita, tentang hidup dan masa masa yang tidak akan terulang lagi ini. Untuk sekali dan selamanya.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ibu Sariyem: Bubur Sumsum dan Keberanian Hidup

12 April 2021   17:48 Diperbarui: 12 April 2021   18:04 446
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ibu Sariyem adalah seperti kita, bahwa usia semestinya hanyalah angka dan bukanlah penghalang atau paradoks untuk kembali memulai kehidupan.

Apa yang kau pikirkan ketika kau berusia 77 tahun nanti? Bersantai, menikmati hari tua, menimang cucu atau mungkin sudah meninggal?

Tetapi bagaimana kalau sebaliknya? Bagaimana kalau di usia itu kita masih hidup dan masih diberikan kekuatan untuk melakukan sesuatu. Apa yang akan kau lakukan?

Doc/ Iwan
Doc/ Iwan

Ada satu hal yang dia sampaikan, untuk selalu menjaga dan mensyukuri makna dalam hidup, "Sing penting kita sehat toh," ujarnya.

Ini adalah kisah singkat tentang Ibu Sariyem. Penjual bubur sumsum keliling yang beberapa kali kutemui. Siang itu cukup terik, sekitar jam 12, aku mengayuh sepeda menyusuri jalan, sesampainya di ujung perempatan, terlintas sosok yang cukup familiar.

Yah dia adalah tukang bubur sumsum langganan yang biasa berjualan dengan berjalan kaki keliling. Namanya Ibu Sariyem, sosok 77 tahun asli Wonogiri yang sudah berjualan bubur sumsum 20 tahun lebih lamanya.

Tidak banyak yang berubah darinya, beliau tetap ramah dan sederhana. Satu hal yang pasti dari dulu sampai sekarang, beliau tidak memanfaatkan usia renta sebagai alasan untuk tidak berjualan atau pun meminta minta seperti pengemis kebanyakan.

Sosok Ibu Sariyem bukanlah untuk memperingati hari kartini atau emansipasi wanita, bukan juga tentang jargon jargon semata, bukan mengejar feminisme atau kesetaraan.

Ibu Sariyem adalah seperti kita, bahwa usia semestinya hanyalah angka dan bukanlah penghalang atau paradoks untuk kembali memulai kehidupan.

Teringat pesan terakhir sebelum kami berpisah, ada satu hal yang dia sampaikan, untuk selalu menjaga dan mensyukuri makna dalam hidup, "Sing penting kita sehat toh," ujarnya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun