Mohon tunggu...
Narliswandi Piliang
Narliswandi Piliang Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Traveller, Content Director, Citizen Reporter, Bloger, Private Investigator

Business: Products; Coal Trading; Services: Money Changer, Spin Doctor, Content Director for PR, Private Investigator. Social Activities: Traveller, Bloger. email: iwan.piliang7@yahoo.com\r\nmobile +628128808108\r\nfacebook: Iwan Piliang Dua , Twitter @iwanpiliang7 Instagram @iwanpiliangofficial mobile: +628128808108

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Demokrasi Industri, Warga Kumur-kumur Saja di DKI!

23 November 2018   09:12 Diperbarui: 23 November 2018   16:25 771
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saya meninggalkan tanah air dua puluh hari, ber-alan-alan ke Mesiko, Kolombia, Panama dan baru pulang kemarin. Perjalanan  kali ini ada kawan berkomentar,  nyeletuk: menapak-tilasi Skype Nazarudin?! Bisa ya, bisa tidak. 

Belakangan dengan adanya kemudahan mencari tiket promo di online, tempat menginap pun bisa disesuaikan dengan kantung; mulai dari RB&B, Home Stay, hostel, hingga hotel bintang lima plus, kesemuanya berperingkat di online. Biasanya rating 8 ke atas, bagus-bagus.

Sepeninggal saya, sangat berharap Wagub DKI Jakarta sudah terpilih.

Toh sesuai dengan komitmen politik, mungkin dalam konteks berpancasila; kesempatan diberikan kepada PKS. Partai ini telah menetapkan dua calon Wagub agar segera dipilih DPRD, akan mengubah tajuk gubernur jomblo.

Ternyata tidak. Anies Baswedan, sekembali saya tetap saja gubernur jomblo.

Berkali-kali dalam berbagai fora, saya mengatakan politik Indonesia bukan menjadi idiologi. Tetapi, menjadi industri. Dalam langgam industri, di televisi, ketika saya masih berkenan hadir diundang talkshow, saya mengemukakan istilah demokrasi fulus-mulus. Namanya juga industri, semuanya ditakar dengan uang.

Bukan rahasia lagi kalau sebuah kasus di DPR RI, saling sandera keputusannya, ujung-ujungnya  lobby. Dalam bisnis, industri, lobby itu erat berkaitan dengan volume duit.  Kalimat saya ini bukan tudingan, tetapi memang diduga tajam begitulah atmosfir perpolitikan kita terjadi saat ini. Dan itu dipertontonkan  tanpa basa-basi.

Karena industri, kepentingan, diduga mengemuka tajam  kepentingan kelompok, juga pribadi. Khusus DKI, kepentingan oknum  anggota DPRD, pribadi berlibido menjadi Wagub intensinya sangat kuat. Ia diduga mendapatkan dukungan oknum pemodal. 

Ia  bisa mempengaruhi suara di pemilihan di dewan. Partainya ada, dukungan uang ada, jabatan saat ini pun memadai, maka figur demikian menjadi penentu, atau katakanlah batu penghambat mimpi berjalannya demokrasi Pancasila.

DKI Jakarta dengan APBD di atas Rp 70 triliun pertahun, masih menghadapi kemacetan, kemungkinan banjir menakutkan, ihwal sampah belum terolah menjadi listrik, walaupun contoh sukses di Bekasi sudah berwujud, anggaran APBD terkadang lebih 35% didepositokan saja;  generasi milenial hanya asyik ber-sosmed. 

Acuan milenial kaya menjadi Youtuber, Selegram; mereka dipastikan cuek terhadap sikon pemerintahan daerah. Mereka akan lebih gila memburu sepatu Yeezy,  akan dihadiahi oleh seorang Youtuber.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun