Mohon tunggu...
Iwan Permadi
Iwan Permadi Mohon Tunggu... Guru - Guru Bahasa Inggris dan Pekerja Kreatif Televiisi

Lahir di Malang - Hobi Membaca dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Tayangan Piala Eropa 2020 di Televisi

13 Juli 2021   14:50 Diperbarui: 13 Juli 2021   16:24 148
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Perhelatan sepakbola Piala Eropa dan Copa America tahun ini bersamaan waktunya bahkan finalnya cuma beda dalam beberapa jam. Dan ternyata pertandingan Italia vs Inggris seseru pertandingan Argentina melawan Brazil, sayang kedua tuan rumah kejuaraan akbar ini yaitu Inggris dan Brazil kalah.

Sepakbola adalah olah raga yang jadi magnit banyak penonton di seluruh dunia kecuali di Amerika Serikat, sehingga pesta sepak bola 4 tahunan (Piala Eropa) dan Copa America (2 tahunan) ini jadi ajang para sponsor untuk unjuk gigi menawarkan produknya tidak hanya di stadion namun juga di rumah dengan penuhnya slot iklan jelang pertandingan, pada saat rehat dan highlights pertandingannya.

Dan itu sebanding dengan perolehan rating/sharenya yang banyak di 10 besar tayangan populer setiap harinya,seperti yang ada di layar RCTI tahun ini.

Berbeda dengan Piala Dunia 2018 di Rusia yang ditayangkan di Trans TV, Piala Eropa 2020, tapi diselenggarakan tahun 2021 karena adanya pandemi Covid 19 tidak sepenuhnya ditayangkan di layar RCTI, ada pertandingan-pertandingan tertentu hanya ada di kanal digital yang hanya bisa disaksikan di layar smart phone seperti pertandingan Inggris vs Jerman dan Belanda vs Republik Ceko.

Tapi apakah keputusan yang dibuat penyelenggara televisi salah? Saya pikir dengan produk yang dibeli semakin mahal, dan penonton yang semakin jarang menonton televisi kecuali ajang akbar atau sinetron/film unggulan, pihak stasiun televisi ingin juga melakukan “test the water” animo masyarakat dalam menyikapinya.

Sebagai informasi stasiun-stasiun televisi besar juga mulai merambah lahan digital untuk mempertahankan hegemoninya agar produknya tetap ditonton, karena penonton dan mereka yang memfollow adalah tambang emas dan data jumlah penonton ini yang memungkinkan mereka terus mendapatkan kue iklan untuk meneruskan bisnisnya.

Ternyata sejak semifinal dengan menyisakan 3 pertandingan hingga final, grup MNC akhirnya tidak melakukan lagi penutupan penayangan lewat jalur teresterial. Artinya mungkin pihak MNC melihat opini , kritikan dan masukan dari masyarakat tentang tidak ditayangkannya pertandingan hebat seperti Italia vs Belgia, kupingnya mulai panas dan kebakaran jenggot.

Perlu dimaklumi memang stasiun televisi saat ini beda dengan era 90an hingga pertengahan 2000an yang jadi barometer hiburan pemirsa di rumah, karena saat ini dengan makin maraknya televisi digital dan gadget kreatifnya, penonton televisi makin berkurang secara masif.

Beberapa televisi swasta yang dulu sangat kental dengan produksi lokalnya macam Indosiar, SCTV, ANTV dan lainnya sudah terlihat sebagai televisi penayang saja, artinya departemen produksinya sudah berkurang stafnya atau malah sudah dihapus divisinya.

Mungkin yang ada di benak penyelenggara televisi buat apa punya manpower banyak tapi tidak efisien yang malah bikin tinggi biaya overhead cost tapi sebaliknya tidak sebanding dengan jumlah pemasukan iklannya?

Bisnis televisi memang mahal kalau produksi acaranya tidak berating/share tinggi apalagi ceruk utama yang dicari adalah saat prime time antara jam 18:00-22:00 dimana banyak penonton berada. Ceruk dimana harga iklan mahal dan penonton membludak, nah ini kombinasi ideal untuk dapat perhatian.  

Contoh ideal adalah sinetron gacoan RCTI yang berating tinggi dan sharenya hampir 50 persen dan ditayangkan setiap hari (Ikatan Cinta) ini jelas menguntungkan. Bandingkan dengan produk sinetron lain yang punya biaya produksi sama tingginya tapi ratingnya jeblok dan stasiun televisi akan segera mengubah jam tayangnya atau menggantinya dengan produk lainnya.

Televisi memang kejam karena primadonanya adalah “perhatian penonton” yang “engaged” atau nyetel dan klop dengan tayangan tersebut. Makanya hanya produk format program tertentu yang masih bertahan di televisi saat ini. Contohnya produk kuis atau game show yang dulu marak sekarang sudah tidak kompetitif lagi.

Kecuali ajang “talent search” atau “cooking competition” yang tetap ditunggu penonton, acara game atau kompetisi lain yang mengandalkan “brain” sudah terlempar dari prime time atau sudah fade out alias stop berkompetisi.

Bagaimana dengan produk berita? Berita bisa hard news atau soft news, dan umumnya biaya produksinya rendah dan dengan diback-up produk sponsor tertentu, program ini masih bisa bernapas dan menarik keuntungan contoh saja produk-produk berita dan feature dari Metro TV, TV One dan Kompas TV.

Program Olah Raga pun juga kalau bukan yang primadona seperti Sepak Bola, Tinju Dunia, atau Bulu Tangkis lokal, juga tidak begitu “happening” sekarang, makanya tayangan produk olah raga seperti Sepak Bola adalah tambang emas buat stasiun televisi untuk mengeruk keuntungan sebanyak mungkin seperti Liga 1 , Liga Inggris, dan Liga Champions.

Contoh eksploitasi iklan terjadi saat tayangan pertandingan jam 11 malam namun jam 10 malam sudah dimulai dengan talk show tentang pertandingan dengan menghadirkan public figure tertentu terus dibumbui iklan dan penyajian “built in product” sponsornya. Sang pembawa acara akhirnya ikut juga menikmati hidangan minuman tersebut, sambil mempromosikan produk tersebut. Hal ini sudah jadi normal. Apakah itu salah? Tidak etis memang, tapi apakah penonton punya pilihan?

Kadang penonton juga disuguhi tampilan gadis-gadis molek yang menawarkan produk setelah memberikan gimmick hasil pertandingan atau highlights pertandingan, namun banyak penikmat siaran sepak bola tahu, kebanyakan dari mereka hanya “menghafal” dan tidak paham dengan sepak bola itu sendiri dan itu terlihat dari raut wajah dan gesturnya, lol. Tapi apakah penonton juga punya pilihan?  Ya ada sih pilihannya, mau nonton terus silahkan, nggak mau nonton matikan dulu, nanti baru saat pertandingan baru televisinya dihidupkan lagi. Life is easy, isn’t it?

Sebenarnya penayangan Piala Eropa dan Copa Amerika tahun ini sungguh pas momennya dengan situasi pandemi yang membuat banyak pemirsa banyak di rumah atau work from home (WFH), tapi tidak bagi pemilik cafe, hotel atau rumah makan yang biasanya mengadakan nonton bareng (nobar), sekarang sepi, tidak beroperasi dan terlupakan.

Ya mudah-mudahan di Piala Dunia 2022 di Qatar, nonton bareng sudah diperkenankan dan pandemi Covid 19 sudah usai, karena kita mengharapkan sudah bisa berdamai dengan virus yang variannya makin banyak dan kebal. Semoga.

“Be yourself. People do not have to like you. And you don’t have to care (Jadilah diri sendiri. Anda tidak perlu jadi orang yang disukai dan juga tidak perlu peduli tentang hal itu)-Simple Reminder.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun