Mohon tunggu...
Iwan Nugroho
Iwan Nugroho Mohon Tunggu... Dosen - Ingin berbagi manfaat

Memulai dari hal kecil atau ringan, mengajar di Universitas Widyagama Malang. http://widyagama.ac.id/iwan-nugroho/

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Menikmati The Romance of the Song Dynasty, Hangzhou

5 Juli 2014   15:04 Diperbarui: 18 Juni 2015   07:23 885
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="" align="aligncenter" width="606" caption="Sumber: www.afe.easia.columbia.edu"] [/caption] Kota Hangzhou telah dicatat dalam sejarah perjalanan Marco Polo (1), sebagai kota terbaik dan paling indah di dunia. Kota ini memiliki pengaturan sungai yang baik untuk mendukung kehidupan warganya.  Hangzhou juga menjadi ujung selatan dari Grand Canal, yakni aliran sungai besar ke Beijing di sebelah utara (lihat peta).  Kanal tersebut menjadi urat nadi perekonomian dan perdagangan Tiongkok sejak sebelum Masehi.    Kini kanal tersebut sebagian hilang, rusak dan tidak berfungsi.  Kabarnya, pemerintah Tiongkok sedang merekonstruksi lagi untuk mendukung daya tarik wisata. Marco Polo melaporkan bahwa di Hangzhou terdapat sepuluh pasar, dimana sebanyak 40.000 sampai 50.000 orang akan meramaikan kegiatan ekonomi kota. Kota ini memiliki banyak restoran dan pemandian dengan mandi air panas atau dingin untuk memenuhi kebituhan warganya. [caption id="attachment_314109" align="aligncenter" width="450" caption="Sumber: afe.easia.columbia.edu"]

14045136962108514941
14045136962108514941
[/caption] Kota Hangzhou merupakan kota sejarah, kota dimana menjadi saksi kejayaan dinasti Song Selatan selama hampir tiga ratus tahun.  Dinasti Song memiliki budaya yang tinggi dalam hal kemajuan teknologi dan kesejahteraan pada jamannya.  Kejayaan masa lalu itulah yang dikemas menjadi produk dan jasa wisata untuk menarik wisatawan seluruh dunia ke Hangzhou, tepatnya tersaji di Song Dynasty Town. Tidak hanya itu, kota Hangzhou itu sendiri memang sangat indah, menempati kota wisata kedua di Tiongkok sesudah Beijing.  Kota yang memiliki pemandangan anggun, dengan predikat "surga di bawah langit".  Wisatawan sangat menikmati danau West Lake, yang sangat indah, dan menjadi sumber inspirasi untuk menulis puisi dan karya sastra.

"Give me one day, and I will return you a thousand years" yang artinya kurang lebih  "Beri aku satu hari, dan aku akan mengembalikan kamu seribu tahun" (2).  Itu adalah slogan wisata bagi Song Dynasty Town atau kota dinasti Song.  Slogan tersebut ditujukan kepada suatu park, atau taman wisata di kota Hangzhou, yang dibangun pemerintah Tiongkok, dengan nama  Song Dynasty Town.  Park tersebut mungkin mirip Ancol atau Jatim Park, namun menggambarkan keseluruhan kejayaan dinasti Song.  Jadi, berwisata sehari di Song Dynasty Town, maka seolah-olah wisatawan akan mendapatkan pengalaman sejarah masa lalu selama seribu tahun. Posisi Song Dynasty Town berada di sekitar wilayah Zhijiang Avenue No. 148, Distrik Xihu, kota Hangzhou

Ragam obyek wisata di Song Dynasty Town sangat banyak.   Secara umum park ini menampilkan pesona, keunikan dan kekhasan sejarah dan kebudayaan masyarakat China tradisional.  Park ini menjadi sebuah pusat wisata hiburan bernuansa sejarah serta kebudayaan pertama di Tiongkok, dan telah meraih penghargaan, diantaranya National Cultural Industry Base Sites, atau sebuah indusri berbasis kebudayaan terkemuka.  Di Indonesia, obyek wisata ini sejenis Ancol.

Karena keterbatasan waktu, tidak semua wahana Song Dynasty Town dapat dikunjungi.  Oleh pemandu wisata Anthoni (pemandu lokal kebangsaan Tiongkok), rombongan penulis disarankan untuk menikmati apa yang disebut dengan performance “The Romance of the Song Dynasty”, karena inilah sesungguhnya inti dari Song Dynasty Town. Hal yang bisa menjelaskan slogan "Give me one day, and I will return you a thousand years"

The Romance of the Song Dynasty adalah suatu pertunjukan (show) kolosal indoor skala besar di panggung, menyajikan tarian, lagu, akrobat, balet, beladiri, ketrampilan, dan teatrikal.  Setting pertunjukan mengkombinasikan seni, ilmu, teknologi canggih, arsitektur, disain, pencahayaan, laser, robotik, audio, dan video, yang menyajikan budaya dan sejarah dinasti Song yang dikemas apik, detil, dan perfect secara luar biasa.  Hal ini memberi kesan mendalam bagi wisatawan atau pengunjung.  Yang disajikan adalah cerita tentang sejarah dan kejayaan Dinasti Song.  Menurut pemandu Anthoni, show ini diputar rata-rata dua kali sehari, atau tiga kali sehari pada hari libur.

[caption id="" align="alignright" width="154" caption="Sumber Wikimedia"]

[/caption] Show The Romance of the Song Dynasty  dimainkan oleh 300 artis yang berbakat, dengan kemampuan ilmu dan seni pertunjukan tingkat tinggi.  Karenanya show ini juga menjadi semacam festival seni, akrobat atau hiburan, sebagai suatu produk akademi seni dan sastra, kebanggaan dan andalan kota Hangzhou yang dipersembahkan untuk negeri Tiongkok.   Pemerintah menginvestasikan 60 juta yuan atau sekitar 115 miliar rupiah (1 Yuan setara 1925 rupiah) untuk menghasilkan gelaran show ini. Show andalan ini telah ditonton oleh sekitar sepuluh juta orang, dengan rata-rata 800 show per tahun. Pembaca awam dapat menggambarkannya dengan seni atau olah raga akrobat, senam, wushu, kungfu, atau balet yang ditampilkan artis atau atlit Tiongkok dalam olimpiade atau festival akrobatik dunia.  Kiranya wajar, show sejenis ini sangat memukau pembukaan Olimpiade Beijing tahun 2008, yang dianggap sajian pembukaan pesta olahraga terbaik hingga saat ini.  Dunia menghargai Tiongkok karena memang memiliki budaya, iptek, dan kemajuan pembangunan yang maju, modern dan berkualitas.

Penulis dan rombongan, dipandu Anthoni untuk masuk Song Dynasty Town hingga ke gedung pertunjukan The Romance of the Song Dynasty.  Pertunjukan dimulai jam 18.30.  Meskipun sedikit terlambat sekitar 3 – 5 menit, namun tidak berkurang sedikitpun kepuasan menikmati show ini.  Kami membayar tiket masuk klas VIP 280 Yuan per orang (setara 550 ribu rupiah per orang), agar dapat seat di depan panggung.  Ada pula seat dengan tarif 350 Yuan, yakni untuk pengunjung VVIP yang dijamu dengan teh (bagian dari pertunjukan) oleh artis penari.  Sementara tiket ekonomi sebesar 250 Yuan di tribun belakang.

[caption id="" align="alignleft" width="377" caption="Koleksi pribadi"]

[/caption] Gedung show ini berukuran sekitar 45 x 65 m persegi, memuat sekitar 2000 pengunjung; mirip gedung bioskop dimana tempat duduk ke arah belakang makin tinggi.  Panggung utama berukuran sekitar 25 x 20 m persegi, dengan background layar LCD ukuran tinggi 7 m dan lebar 35 m.  Layar LCD di tepi kiri dan kanan melekat pada panel yang dapat bergerak fleksibel mengikuti kebutuhan alur cerita.  Posisi panel yang berjajar paralel, membentuk nuansa keruangan (tiga dimensi) menambah visual show semakin nyata dan hidup.  Pada adegan tertentu, tempat duduk VIP bergerak ke tepi kiri dan kanan, sehingga membentuk panggung tambahan, termasuk panggung yang naik turun dari lantai bawah.  Hal ini memberikan sensasi tersendiri bagi pengunjung VIP dan dapat melihat artis pemeran sangat dekat.   Penulis makin terheran-heran dengan interior di atas panggung utama setinggi hingga 15 m.  Itu bukan hanya tempat untuk lampu, laser, atau tali akrobat, tetapi juga perangkat mekanik dan otomasi canggih untuk masuknya artis, serta kran air, gas/udara, atau bahan lain untuk memperkaya atraksi show. [caption id="" align="aligncenter" width="645" caption="Koleksi Pribadi"]
Koleksi Pribadi
Koleksi Pribadi
[/caption] [caption id="" align="aligncenter" width="627" caption="Koleksi pribadi"]
Koleksi pribadi
Koleksi pribadi
[/caption] The Romance of the Song Dynasty meliputi empat scene (selama kurang lebih 120 menit).  Pertama adalah tarian istana raja, yang menampilkan kaisar dan permaisuri, para pejabat istana, dan penghibur istana, dalam sajian tari, gerak dan iringan musik China kuno.  Tarian ini, kabarnya bersifat klasik dan pribadi untuk menghibur raja, pejabat tinggi dan tamu-tamunya.  Kostum tradisional Tiongkok yang dikenakan sangat mewah, khas dan berwarna memberi kesan keindahan dan elegan.  Scene dimulai dengan background video/audio (dari layar LCD) untuk membuka cerita.  Sementara video ini tetap menyala, masuklah pemeran (orang sungguhan) raja dan puluhan pejabat kerajaan.  Sungguh luar biasa, antara video dan artis pemeran menampilkan kesatuan adegan live, dan alami.  Terkadang fokus video membesar sehingga membawa penunjung seolah-olah masuk ke dalam alur cerita.

[caption id="" align="aligncenter" width="617" caption="Koleksi pribadi"]

[/caption] Belum lama penulis duduk dan terkagum-kagum, dikejutkan dengan bergeraknya tempat duduk VIP (kami seperti naik mobil), memisah ke tepi.  Tiba-tiba, di tengah,  di lantai tempat seat kami semula, lantainya terbuka, dan naiklah panggung lingkaran berdiameter dua meter dari lantai bawah, dan di atasnya seorang artis berkostum minimal menari diiringi musik Tiongkok yang mendayu.  Tempat duduk kami dan panggung itu berjarak hanya sekitar tiga meter. Penonton tertegun menyaksikan adegan ini.  Panggung lingkaran itu naik terus, bersamaan dengan mengalirnya puluhan penari di panggung utama dimana pemeran raja berada.  Suasana kemudian berganti beberapa kali dengan tarian kolosal yang tidak kalah memukaunya, dengan warna dominan putih, merah, orange dan hijau.

[caption id="" align="aligncenter" width="645" caption="Koleksi pribadi"]

[/caption] Scene kedua adalah adegan perkelahian antara seseorang dengan sekelompok  prajurit, yang merupakan simbol perlawanan seorang pahlawan.  Pahlawan tersebut adalah Yue Fei, seorang jenderal terkenal dari Dinasti Song yang berjuang melawan penjajah.  Pada scene ini, menampilkan adegan kungfu tangan kosong, dengan pedang, atau menggunakan meriam sungguhan.  Sekali lagi, pengunjung VIP harus bergerak ke tepi, hingga munculnya meriam dan prajurit dari panggung tambahan lantai bawah.  Perkelahian itu sangat nyata didukung sound bunyi suara pedang beradu dan memecah udara.   Pahlawan itu akhirnya meninggal di tangan musuh-musuhnya setelah menyelamatkan bayi putra mahkota.  Pada scene ini juga ditampilkan kuda (asli) yang dipacu kencang, dengan suara tapal dan ringkihan kuda yang alami.  Setting musim dingin juga berhias dengan turunnya salju (asli) dari pipa-pipa di atas panggung utama. [caption id="" align="aligncenter" width="617" caption="Koleksi pribadi"]
Koleksi pribadi
Koleksi pribadi
[/caption]

[caption id="" align="aligncenter" width="645" caption="Koleksi pribadi"]

[/caption] Scene ketiga adalah keindahan danau West Lake yang menjadi latar cerita “The Lady White Snake" and "The Butterfly Lovers”.  Adegan ini dimainkan oleh puluhan penari balet, diiringi dengan musik yang lembut, romantis, melankolis atau sedih.  Sepasang kekasih berkostum putih berakting dan bergantung di suatu tangga, yang bergerak naik, menunjukkan simbol cinta sejati, namun kemudian harus berpisah.  Adegan ini menggambarkan cinta, pengkhianatan, dan pengorbanan.  Episode ini menampilkan derasnya aliran air sungai (asli, bukan video) dimana panggung utama berganti menjadi bak penampung air.  Saat setting musim hujan, air hujan (asli) turun dengan tambahan angin dari pipa di atas panggung, membuat sebagian pengunjung berteriak karena basah.  Pemandangan kabut buatan yang indah mempercantik panorama West Lake.   Semakin nampak jelas, bahwa lantai panggung merupakan plat baja yang dapat bergerak menyesuaikan kebutuhan pertunjukan.

[caption id="" align="aligncenter" width="627" caption="Koleksi pribadi"]

[/caption] [caption id="" align="aligncenter" width="627" caption="Koleksi pribadi"]
Koleksi pribadi
Koleksi pribadi
[/caption] [caption id="" align="aligncenter" width="627" caption="Koleksi pribadi"]
Koleksi pribadi
Koleksi pribadi
[/caption] [caption id="" align="aligncenter" width="645" caption="Koleksi pribadi"]
Koleksi pribadi
Koleksi pribadi
[/caption] [caption id="" align="aligncenter" width="645" caption="Koleksi pribadi"]
Koleksi pribadi
Koleksi pribadi
[/caption] Scene terakhir adalah tentang sajian tarian-tarian Asia dengan mengambil tema "the World Meets Here and Hangzhou Essence".  Melalui episode ini, kota Hangzhou berkehendak ingin menjadi kota budaya, yang siap menerima budaya-budaya Asia dan siap menjadi tuan rumah bagi budaya Asia.  Adegan dimulai dengan tampilnya dua penari akrobatik yang naik panggung lingkaran dari lantai bawah.  Gerakannya meliuk-liuk, lentur dan indah.  Juga ada pasangan artis yang berakting terbang menggunakan kain yang bergantung dari atas panggung.  Tarian bernuansa India dan Jepang dapat diamati pada scene ini. Selanjutnya puluhan penari berkostum pemetik teh beraksi, tampil dari balik penonton belakang, dengan gerakan yang padu dan serasi sambil membawa keranjang berisi daun teh.  Mereka kemudian menghidangkan teh dan suvenir tertentu kepada pengunjung VVIP.  Semua sajian tari menunjukkan kegembiraan, kebahagiaan dan perdamaian.  Di akhir scene itu, semua penari sekitar tiga puluh orang perempuan di atas panggung berjajar rapi, memberi salam perpisahan.   Bersamaan dengan itu, sekitar jam 20.30, lampu gedung menyala terang dan penonton beranjak dari tempat duduk.  Meski penonton mulai keluar gedung, para penari tetap di tempatnya dengan tersenyum, memberi salam. Lembah Panderman, Malang, 5 Juli 2014

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun