Mohon tunggu...
Iwan Wibowo
Iwan Wibowo Mohon Tunggu... Pemuka Agama - Membaca Alkitab Membaca Dunia

pegiat kata-kata.\r\nhttp://www.morningtraveler.blogspot.com/

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Ensiklopedia Kasih & Pengorbanan

31 Desember 2016   12:00 Diperbarui: 31 Desember 2016   12:13 19
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Selamat jelang tutup tahun 2016, kawan. Ada tayangan wajib di TV, di forum-forum diskusi, yakni Ensiklopedia akhir tahun; ensiklopedia ekonomilah, politiklah, kriminalitaslah atau ensiklopedia bencana-bencana nasional sepanjang tahunlah, dll. Semua disorot lagi secara sekilas namun menyeluruh. Diakhiri pesan dan harapan segala sesuatunya bisa lebih baik di tahun depan.

Saya pikir, sayang sekali kalau jam-jam terakhir ini sekedar kita gunakan untuk bersantai dan bersenang-senang. Ijinkan, saya ajak kita lakukan evaluasi, kilas balik, bikin ensiklopedia hidup pribadi kita. Mau kilas balik kondisi keuangan kita, suka duka dalam pekerjaan kita, studi kita atau moment-moment penting dalam keluarga kita, terserah masing-masing.

Kalau masih ada waktu, silahkan bergabung juga dalam  evaluasi pribadi saya berikut ini:

Mari simak peristiwa yang dialami 3 orang ini: 

Pertama, seorang ibu, jemaat gereja saya, baru saja melahirkan anak pertama yang beratnya 3,5kg. Ia bercerita dengan penuh emosi: "Aduh pak, sakitnya bukan main.Sayasepertitaruhannyawa. Sekarang,saya jadipinginpulang kampung, ketemu mama saya, pingin memeluknya,pingin sampaikantrima kasih dan hormatsebesar-besarnya pada mama."

Kedua, seorang wanita muda di Inggris, entah siapa namanya. Beberapa tahun lalu surat kabar di sana ramai memberitakan kisahnya. Dia memenangkan perlombaan berhadiah besar: hadiahnya 3 minggu keliling dunia menikmati hotel-hotel terbaik serta fasilitas mewah lainnya. Wanita ini ternyata tidak memanfaatkan hadiahnya, karena harus menjaga seorang teman baiknya yang sedang opnam di RS dan akan menghadapi operasi. Wartawan berebut mewawancarainya, karena tidak puas dengan alasan tersebut: "Nona, pasti adaorang lain yang bisa menjaga teman Anda, dan pasti teman Andaituakan sangat mengerti, karena ini adalah kesempatan sekali seumur hidup."

Beberapa saat wanita ini menolak menanggapi, namun karena tak tahan terus dikejar-kejar wartawan akhirnya ia buka suara. "Baik, kalian benar-benar mau tahu alasanku? Itu karena apa yang telahtemanku itu lakukan padaku3 tahun lalu. Waktu itu aku terlibat narkoba, aku diusir keluargaku, dipecat dari tempat kerjaku. Dialah satu-satunya orang yang merawatku. Dia menampungku di rumahnya. Tiap malam dia bicara denganku, mendorongku untuk melawan kecanduanku. Seringkali aku muntah-muntah tengah malam, dia bangun dan membersihkan muntahanku, mengganti bajuku, membawaku ke dokter, bicara dengan dokter untuk memastikan proses pemulihanku berjalan baik. Ia mendampingiku dalam sidang-sidang di pengadilan kasus narkobaku. Ia bahkan mencarikanku pekerjaan. Dia..dia sangat mengasihiku, ...dia telah banyak berkorban untukku. Dan sekarang ia dia tak berdaya dan akan dioperasi. Nah, apa aku punya pilihan lain?! Menemaninya di RS itu hal kecil yang bisa kulakukan untuknya, tak sebanding dengan apa yang telah ia lakukan untukku."

Ketiga, Paulus. Ya, si pembuat-penjual tenda dan rasulnya Yesus Kristus di alkitab itu. Ia menulis: “Sebab kasih Kristus yang menguasai kami, ... Dan Kristus telah mati untuk semua orang, supaya mereka yang hidup, tidak lagi hidup untuk dirinya sendiri, tetapi untuk Dia, yang telah mati dan telah dibangkitkan untuk mereka.” (2 Kor 5:14-15).

Ayat-ayat ini adalah bagian dari penjelasan Paulus atas isu yang berkembang dalam jemaat Korintus tentang mengapa Paulus sebagai rasul kok hidupnya penuh penderitaan, bahkan nampak sengaja melayani dengan semangat pengorbanan: misal, menolak haknya mendapat tunjangan hidup dari jemaat, lebih memilih bekerja bikin & jual tenda untuk menafkahi dirinya sendiri dan membeayai perjalanan misinya; tidak seperti pengajar-pengajar hikmat lainnya yang nampak sukses (= terkenal, makmur, pendengarnya banyak), karena suka mencari keuntungan dan kemuliaan diri. Nah, di ayat-ayat inilah Paulus menuliskan penjelasannya: "Sebab kasih Kristus[lah] yang menguasai kami,.."

Kawan, ada benang merah dalam pengalaman 3 orang ini: mereka sama-sama tersentuh dan diubahkan oleh kasih dan pengorbanan seseorang dalam hidup mereka. 3 orang ini mengalami apa yang disebut “logika kasih & pengorbanan”. Begini prinsipnya: Kasih dan pengorbanan yang dirasakan seseorang itu mengubahkan, membuat orang itu tak berdaya selain membalasnya dengan semangat kasih dan pengorbanan yang sama.

Jadi, kawan, mengingat dan menyadari kasih dan pengorbanan seseorang: entah teman, orang tua, siapa saja [bagi kawan2 kristiani: termasuk mengingat dan menyadari lagi kasih & pengorbanan Kristus], itu mengubah hidup kita, akan membuat kita merasa tak punya pilihan lain, selain membalasnya dengan sikap atau semangat kasih dan pengorbanan yang sama, entah dalam keluarga, pekerjaan, maupun dalam pergaulan.

So, yuk kita evaluasi hidup kita jelang tutup tahun tengah malam nanti: dengan semangat apa kita menjalani hidup kita selama ini? Ini moment yang tepat kita menghitung rahmat Tuhan di seluruh aspek hidup kita: yakni mengingat kasih dan pengorbanan orang-orang dalam hidup kita [bagi rekan kristiani: terutama mengingat kasih dan pengorbanan Tuhan yang tersalib itu yang telah menyelamatkan kita dari hukuman kekal yang seharusnya kita tanggung sebagai upah dosa kita]. Biarlah ingatan dan kesadaran akan kasih dan pengurbanan banyak pihak itu menjadi motivasi sekaligus energi kita untuk [tidak bisa tidak, merasa tidak punya pilihan lain selain] beribadah, bekerja dan bergaul dengan semangat kasih dan pengorbanan yang sama.

Dalam prakteknya, logika kasih apalagi pengorbanan ini sulit diterapkan. Dunia sudah ajari kita sejak kecil hidup dengan semangat persaingan, permusuhan dan logika untung rugi. Tapi mengapa harus tetap kita lakukan? Karena, walau sering bisa terasa tidak “masuk akal,” sikap-sikap seperti ini selalu “masuk hati,” punya potensi mengubahkan: mengubah orang, mengubah komunitas keluarga kita, komunitas tempat ibadah kita, tempat kerja kita, bahkan komunitas bangsa kita yang mejemuk yang saat ini sangat ternoda oleh paham sektarian dan sikap intoleran dari sebagian anak-anak bangsa.

Kota Anging Mammiri,

31 Desember 2016

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun