"Irasshaimase !" Sapaan ini pasti akan anda dengar saat anda memasuki 'kombini' (minimarket) ataupun saat memasuki 'supa' (hipermarket) ataupun tempat-tempat berjualan lainnya di Jepang. Artinya apa, sampai kini pun saya belum tahu benar, walau saya mempunyai teman orang Jepang dan teman lulusan sastra Jepang (o'on benar ya). Mungkin, sepintas artinya 'selamat datang' atau 'selamat berbelanja'. Tapi, memang di sini saya tidak akan membicarakan arti 'irasshaimase' (lagi-lagi, mudah-mudahan translate latin-nya benar).
Ada peristiwa yang menarik, saat saya berbelanja di sebuah supa di sana (berada di Kamoi, Yokohama). Sapaan 'irasshaimase' terdengar di pelataran supa, bukan dari mulut karyawan, tetapi dari orang-orang yang berjualan di pelataran. Yang mereka jajakan adalah barang yang juga ada di supa. Biasanya sayur-sayuran dan ikan, yang harganya tentu di bawah harga supa, walaupun dengan kualitas sedikit di bawah supa (mungkin karena terjemur dan tidak berpendingin). Saya tidak tahu siapa mereka, tapi yang jelas mereka bukan karyawan supa tersebut karena tidak berseragam dan kebanyakan mereka orang-orang tua. Mungkin mereka pedagang-pedagang kecil dari daerah sekitar. Kakilima, mungkin kalau di sini.
Kegiatan ini dilakukan pada jam buka di hari libur minggu (saya pernah datang pada hari libur yang bukan hari minggu, mereka tidak ada). Saya tidak tahu persis, apakah kegiatan ini berlaku di seluruh Jepang. Cuma, yang menjadi pertanyaan saya, apakah mereka tidak dilarang berjualan di sana (hanya berjarak 10-15 meter di depan pintu masuk). Apakah ini kebijakan supa tersebut atau memang kebijakan dari pemerintah di sana untuk melindungi pedagang-pedagang kecil?
Nah, hal-hal seperti inilah yang seharusnya menjadi bahan kajian wakil rakyat kita saat berkunjung ke sebuah negara. Bagaimana sebuah mampu menyeimbangkan kepentingan yang besar dan yang kecil. Ini yang harusnya dipelajari, bukan sekedar jalan-jalan ke luar negeri.
Jadi, 'irasshaimase' ke tulisan saya.