Mohon tunggu...
Mohamad Kurniawan
Mohamad Kurniawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wirausahawan sosial bidang pendidikan dan pengembangan sumber daya insani.

Setiap orang adalah guru. Setiap tempat adalah sekolah. Setiap waktu adalah belajar. Menulis adalah untuk mengabadikan semuanya.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Meski Obesitas Meningkat, Orang Australia Lebih Rajin Jalan Kaki daripada Indonesia

4 Agustus 2017   11:02 Diperbarui: 4 Agustus 2017   16:37 1142
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi. Alodokter.com

Ada seorang teman, eksekutif sebuah perusahaan multinasional, mengatakan begini," satu hal yang saya suka ketika berada Singapura adalah bisa berjalan kaki sepuasnya. Terasa nyaman dan aman. Meskipun harus berjalan lumayan jauh pun gak kerasa capek".

Apa yang teman saya rasakan benar adanya. Setali tiga uang dengan Singapura, banyak kota di negara maju, yang menyediakan fasilitas yang sangat memadai untuk para pejalan kaki. Infrastruktur untuk pedestrian ini berpadu dengan sistem transportasi angkutan umum yang baik, membuat orang tak merasa enggan untuk berjalan kaki dari satu tempat ke tempat lain.

Lantas apakah infrastruktur satu-satunya faktor penyebab warga mau berjalan kaki? Bagaimana dengan negara kita yang fasilitas pedestriannya masih sangat jauh dari ideal? Adakah korelasi dengan malas tidaknya orang berjalan kaki?

Hari Sabtu lalu (29 Juli 2017), PT Telkom memasang iklan satu halaman penuh di harian Kompas. Judul dalam iklannya adalah "Ayo Berjalan : Melangkah Ceria Sehatkan Raga". Dalam iklan tersebut BUMN telekomunikasi ini membuat inisiatif gerakan #AyoBerjalan sebagai momentum ulang tahunnya yang  ke-52. Inisiatif ini dibuat tentu bukan tanpa alasan.

Ada riset menarik yang dilakukan oleh sekelompok peneliti dari Universitas Stanford di Amerika Serikat. Dengan data sampel sebanyak 700.000 orang di seluruh dunia, riset ini menjadi riset bidang human movement dengan skala 1000 kali lebih besar dibandingkan riset-riset sebelumnya. 

Temuan pentingnya adalah bahwa Indonesia adalah negara yang masyarakatnya paling jarang berjalan kaki. Bila rata-rata penduduk penduduk dunia berjalan kaki per hari sebanyak 4.961 langkah atau 4 km, orang Indonesia hanya berjalan kaki sebanyak 3.513 langkah atau sekitar 2,5 km sehari.

Temuan dalam riset ini menjawab pertanyaan di awal tulisan tadi. Menurut saya tak hanya faktor buruknya fasilitas pejalan kaki di Indonesia, namun masih ada peran dari faktor-faktor lainnya. Setidaknya ada empat faktor lain.

Pertama, mudahnya orang memiliki sepeda motor. Tawaran kredit tersebar  dimana-mana. Tanpa DP, cicilan ringan dan berbagai bonus lainnya, membuat sepeda motor baru bisa kita bawa pulang tanpa harus menunggu berhari-hari.

Kedua, hampir semua supir angkutan umum, khususnya bus kota, mikrolet, kopata, bahkan bus antar kota sekalipun di seluruh pelosok negeri ini punya andil membuat orang kita malas berjalan. Di mana pun dan kapan pun, mereka bersedia berhenti selama jalan masih memungkinkan untuk dilalui. Baik itu untuk menurunkan maupun  menaikkan penumpangnya.

Ketiga, merebaknya ojek onlinehingga kota-kota menengah dan kecil di Indonesia semakin  membuat orang malas untuk berjalan kaki. Karena untuk memesan pun cukup dilakukan tanpa harus keluar rumah.

Faktor keempat, padatnya kendaraan bermotor, membuat tingkat polusi udara pun sangat tinggi dan ini menyebabkan orang menjadi tidak nyaman untuk berlama-lama berjalan kaki.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun