Mohon tunggu...
Iwan Setiawan
Iwan Setiawan Mohon Tunggu... Guru - Menulis untuk Indonesia

Pustakawan, dan bergiat di pendidikan nonformal.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Nasihat Sore tentang Pancasila

31 Mei 2023   16:12 Diperbarui: 31 Mei 2023   16:16 170
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi keluarga (pixabay.com)

Belum habis kejengkelan nenek Ratmi kepada Steve. Matanya membelalak seketika melihat bocah itu muncul di depan rumah majikannya, Pak Darma.

"Ke mana kamu bawa sepeda Ridho?" tanya nenek.

"Enggak tahu!" jawab Steve sambil melengos, pergi menjauh.

Nenek mengomel sendiri, seakan masih berhadapan dengan Steve. Tak lama, ia pun masuk kembali ke dalam rumah menuntaskan pekerjaan menyapu yang tadi terjeda karena melihat anak kampung itu melintas.

Nenek Ratmi bekerja membantu keluarga Pak Darma. Pekerjaan rumah sehari-hari dikerjakan oleh nenek. Nenek merasa bersalah terhadap keluarga majikannya. Rasa bersalah yang lebih besar ia rasakan terhadap Ridho, anak bungsu Pak Darma.

Kejadian sore itu sungguh di luar perkiraan nenek. Ridho baru saja membuka pintu pagar rumah. Sepeda mini yang ia bawa tersender di tembok pagar. Anak kelas 5 SD itu hendak mengambil air minum. Ia merasa kehausan setelah bermain sepeda di lapang badminton di dekat masjid komplek perumahan.

Dengan kepala sendiri, nenek menyaksikan Steve menyambar sepeda milik teman bermainnya itu. Tanpa meminta izin ia menaikinya dengan tergesa-gesa. Steve mengayuh pedal sekuat tenaga, seakan ingin menghindari secepat mungkin dari kejaran Ridho, seandainya aksinya ketahuan.

"Hei, berhenti anak bandel!" teriak nenek.

Steve tak acuh. Ia terus menjauh, tak mengindahkan teriakan nenek.

Sehari, dua hari, tiga hari, sepeda belum kembali. Peristiwa ini segera menjadi pembicaraan warga komplek. Nenek menceritakan peristiwa pencurian sepeda itu kepada para tetangga. Saat mengerubungi penjual sayur bersama para ibu, nenek tak melewatkan kesempatan untuk membuka kelakuan si bocah nakal. "Steve tahu rasa kamu!" gerundel nenek.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun