Mohon tunggu...
Iwan Setiawan
Iwan Setiawan Mohon Tunggu... Guru - Menulis untuk Indonesia

Pustakawan, dan bergiat di pendidikan nonformal.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cinta yang Sekadar Lewat

18 November 2022   15:16 Diperbarui: 18 November 2022   15:21 295
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Binar mata itu untuk kesekian kali menghunjam kalbu. Terpancar dari paras indah milik Lany. Ia rekan kerjaku yang hangat. Ia Ibarat matahari di ruangan ini. Ruang kerja yang dipenuhi berkas. Beban kerja yang tak berkesudahan.

Antara harap dan cemas saat pendar mata itu tertuju ke arahku. Kuingin sang mentari tak mengalihkan sinarnya pada yang lain. Kuingin hangatnya membaluri tubuhku sepanjang hari.

Hari berganti hari. Bulan pun berganti. Perasaan sukaku pada si pemilik pendar mata hangat itu makin nyata.  Aku tak bisa membohongi perasaan. Aku menaruh harapan besar pada Lany.

"Bersediakah dik Lany untuk jadi calon pasangan hidup?" pintaku.

Lany tak menjawab. Ia duduk dengan tenang di depanku. Tangannya memainkan kertas tissue. Melipat-lipat kertas penyeka itu menjadi bermacam bentuk. Setelah itu ia meraih gelas lemon squash miliknya. Meneguknya seteguk kecil.

Tak banyak perbincangan kami di teras Caf Cisangkuy sore itu. Lany seakan tahu bila diamnya telah cukup sebagai jawaban. Aku merasa bila Lany menyambut cinta ini. Cinta yang sekian lama memenuhi setiap inci hati.

Berbulan aku menjalin tali kasih dengan rekan kerjaku. Diantara kami seolah tak ada perbedaan. Satu kata, satu hati dalam cinta. Aku merasa telah menemukan calon istri. Wanita yang kelak menemaniku dalam suka dan duka berumah tangga. Menjadi ibu bagi anak-anak kami.

"Ibu, Ayah, aku telah dipertemukan Allah dengan calon pendamping hidup"

"Namanya Lany, teman satu kantor!"

Ibu menyambut dengan penuh suka. Aku membaca rasa penasaran yang besar dari ibu. Ibu seakan ingin menggali lebih banyak tentang bakal istriku. Ia ingin segera berjumpa dengan Lany. Sedangkan Ayah tak banyak berkata-kata. Seperti pembawaannya yang santai, Ayah menantangku untuk segera membawa si pemilik binar mata indah itu. Memperkenalkan Lany kepadanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun