Mohon tunggu...
Iwan Setiawan
Iwan Setiawan Mohon Tunggu... Guru - Menulis untuk Indonesia

Pustakawan, dan bergiat di pendidikan nonformal.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Pesan Tak Sampai

9 Juni 2020   14:52 Diperbarui: 9 Juni 2020   15:13 79
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di kampung kami tinggal seorang lelaki berperawakan kecil. Bila berbicara kental terdengar logat Jawanya. Ia tak pernah bisa diam. Ada saja yang dilakukannya. Saat pelaksanaan Pilkada dan Pilpres tahun lalu, ia bergerilya dari rumah ke rumah menyerahkan KTP warga. Saat pendataan penduduk untuk penerima bantuan ia juga yang berkeliling menyapa warganya, meneropong keadaan dapur mereka.

Warga biasa memanggilnya Pak RW. Jabatan struktural itu telah diembannya berkali-kali. Tak heran bila sebutan itu telah menyatu dengan dirinya. Rasanya tak ada warga yang tak mengenalnya. Namun, banyak warga yang menggelengkan kepala bila ditanya siapa nama yang empunya jabatan itu.

Sikap tak betah diam Pak RW menjadikannya tokoh populer dalam grup Whats App kami. Hampir setiap hari ia mengirim pesan yang beragam. Ada kalanya ia memposting meme-meme lucu  orang bersepeda, sebagaimana kegemarannya. Ada kalanya ia mengirimkan pesan-pesan motivasi. Dan tak jarang ia membuka percakapan bernada gurauan kepada anggota grup.

"Dasar wong gendeng Si Sanip itu" kata Pak RW satu ketika. Sanip adalah kenalannya, sesama penggila sepeda.
"Ia lima bulan bersepeda. Ikut turing bersama kelompoknya. Pas pulang, istrinya minta cerai", sambung Pak RW disertai tawa.

Kami terbiasa mendengar cerita-cerita lucu dari Pak RW. Saat berada di dekatnya, cerita semacam itu yang kami nantikan. Dan sepertinya Pak RW memahami aspirasi kami. Saat berkumpul, tanpa diminta ia berkisah tentang hal-hal dalam keseharian yang telah disentuh oleh kepiawaiannya bercerita sehingga menjadi lucu.

***

"Himbauan". Demikian postingan Pak RW siang itu. Pesan yang sedikit panjang itu ditulisnya dengan huruf tebal. Pak RW meminta warga untuk tidak berobat ke Puskesmas, tak jauh dari lingkungan tempat tinggal kami. Diungkapkan dalam postingannya fakta dua tenaga medis yang  terpapar virus Korona. Pak RW menyarankan warga untuk pergi ke tempat lain saat berobat.

Tak lama berselang, lalu lintas pesan di grup kami meningkat. Warga berlomba untuk mengirim pesan, menanggapi himbauan tersebut. Banyak warga yang penasaran akan berita bombastis yang diangkat oleh Pak RW.

"Hoax itu, jangan dipercaya", tulis Kartiwan, warga senior.

"Terima kasih infonya, Pak RW", tulis Emy, warga yang terkadang suka sok bijak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun