Mohon tunggu...
iwan kurniawan
iwan kurniawan Mohon Tunggu... -

Sekarang aktif sebagai Pengisi di web Ikan Hias, Resep Ibu, Undangan Pernikahan Unik dan Undangan Pernikahan Tangerang

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Antara Aku dan Mentoring

15 Agustus 2015   00:01 Diperbarui: 15 Agustus 2015   00:01 174
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pada tulisan kali ini saya akan ceritakan perjalanan saya bersama dengan sepenggal kisah hidup saya di kampus dulu yang bernama mentoring. Memang ini bermaksud untuk mempromosikan mentoring dalam gerakan #AyoMentoring malam ini, tapi ini saya tulis seobjektif mungkin sesuai dengan pengalaman yang saya pernah alami. Selamat menikmati dan semoga bisa diambil hikmahnya.

Mentoring, khususnya mentoring ke-Islaman mungkin merupakan sebuah kata yang lumrah dan telah sering di dengar oleh sebagian dari kita, tapi bagi seorang Jay muda dulu, mentoring itu jadi sebuah kata yang sangat asing. Selama SMA tak pernah sekalipun saya tersentuh oleh mentoring. Sampai saat di awal masuk kuliah saya diperkenalkan kepada mentoring oleh kakak-kakak kelas saya di FUKI Fasilkom UI.

Sebagai seorang mahasiswa baru yang penuh dengan rasa ingin tahu, saya mengikuti semua proses dari pembentukan kelompok hingga pertemuan pekanan yang dijadwalkan rutin. Saya masih ingat jelas sosok saya saat itu dari yang tidak tahu apa itu mentoring, doa penutup majelis, bacaan quran yang belepotan, istilah-istilah bahasa Arab seperti afwan, syukran, jazakallah, ikhwan, akhwat dan banyak lagi yang saya tidak mengerti, tapi saat ini ternyata semua proses itu yang membantu membuat saya bertumbuh dan berkembang. Beberapa hikmah dari fase hidup saya bersama mentoring akan saya jelaskan secara singkat satu per satu.

[caption caption="Aku dan Mentoring"][/caption]

Aku, Mentoring, dan Keinginan Belajar Islam

Salah satu yang membuat saya sangat ingin untuk datang ke setiap sesi mentoring waktu itu adalah saya bisa mendapat ilmu ke-Islaman yang menarik dari setiap pertemuan. Materinya disajikan dengan ringan oleh mentor pertama saya, Kak Anjar (ketua FUKI tahun 2007), lewat cerita dan ilustrasi sederhana. Saya yang selama ini mengalami kekurangan sumber informasi tentang ke-Islaman seperti menemukan fasilitas untuk bisa mendapatkan itu. Tapi yang paling penting dari itu semua adalah mentoring membuat keinginan saya untuk mempelajari Islam bertumbuh dengan sendirinya dari dalam diri. Kebingungan demi kebingungan dan ketidaktahuan saya tentang Islam saat itu yang menjadi penyebab dahaga saya akan ilmu-ilmu tentang Islam muncul terus silih berganti. Hal itu menyebabkan setiap pertemuan-pertemuan mentoring jadi sarana untuk menguji seberapa cepat saya bisa bertumbuh dalam wawasan ke-Islaman.

Aku, Mentoring, dan Keinginan Berkontribusi untuk Islam

Boro-boro ingin berjuang untuk Islam, tahu tentang Islam saja saya masih sangat hijau waktu itu. Tapi seiring dengan berjalanannya waktu ditambah dengan semakin dalamnya saya terlibat dalam aktivitas-aktivitas di Lembaga Dakwah Fakultas yang bernama FUKI Fasilkom UI, semakin menumbuhkan semangat dan keinginan saya untuk bisa berkontribusi dengan Islam. Bila teman-teman tahu tentang Badr Interactive, start up yang saya dirikan bersama dengan teman-teman Fasilkom lain, cikal bakal dari Badr Interactive adalah sebuah kelompok mentoring. Yap, mentoring sedikit demi sedikit telah bisa membuat saya memiliki keinginan yang lebih besar untuk mengetahui tentang Islam. Pengetahuan tentang Islam itu yang membuat saya semakin cinta dan ingin bisa berguna untuk Islam.

Aku, Mentoring, dan Saudara Perjuangan

Siapa sahabat dan saudara kita, menentukan karakter kita. Nah inilah salah satu hal yang berpengaruh sangat signifikan terhadap perkembangan kedewasaan dan jaringan saya saat ini. Bagaimana mentoring telah bisa membuat saya memiliki lingkungan yang baik dan kondusif untuk bertumbuh. Bertemu dan bergaul dengan orang-orang shaleh telah memancing saya untuk bisa terus belajar dan mengembangkan diri. Jika masa kuliah kita habiskan sebagian besar untuk berada di lingkungan yang tidak baik maka diri kita akan berpotensi besar juga untuk menjadi tidak baik. Hal inilah yang membuat saya berkeyakinan bahwa mentoring tidak sekedar belajar agama, tapi juga soal berinvestasi dalam perkembangan kepribadian.

Itulah sekilas pengalaman saya dari banyak sekali kisah berwarna saya bersama dengan mentoring. Mentoring memang hanya sebuah sarana jika hanya diartikan sebagai sarana, tapi mentoring bisa menjadi investasi dan inkubasi berkualitas jika kita artikan dan jadikan mentoring kita sebaik-baik wadah tumbuh berkembang. Memang sebuah sarana pasti tetap ada kekurangannya, termasuk mentoring dengan segala kelebihan dan kekuarangannya, tapi orang cerdas adalah orang yang selalu bisa mengalikan potensi positif yang ada dan menutupi potensi negatif sehingga tak mempengaruhinya, lebih bagus lagi jika kita bisa memperbaikinya. Jalani dengan semangat, cerdas, dan ikhlas, maka Allah akan membukakan pintu hidayah, hikmah, dan pertolongan-Nya.

 

Sumber : http://pelajarislam.com

Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun