Mohon tunggu...
Febriwan Harefa
Febriwan Harefa Mohon Tunggu... Guru - Seorang tenaga pendidik

Membaca, Menulis, Travelling adalah aktivitas yang tidak bisa dipisahkan. Aktifitas setiap hari adalah sebagai tenaga pengajar.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Melahirkan Generasi Anak Pulau Nias yang Tak Buta Ilmu Pengetahuan

24 Mei 2016   07:35 Diperbarui: 24 Mei 2016   10:52 207
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bagi anak-anak yang tumbuh dan besar di Pulau Jawa dan beberapa kota besar di luar Pulau Jawa. Mendapatkan ilmu pengetahuan (melalui buku) dan menceritakan tentang isi komik Asterikx, cerita Tin tin, dan novel Lima Sekawan pasti sebagian dari mereka tahu dan mampu menceritakannya. 

Tapi sedikit berbeda dengan sebagian besar anak-anak yang tinggal di Pulau Nias, Sumatra Utara yang alami sekarang ini. Untuk mendapatkan ilmu pengetahuan melalui buku merupakan hal sulit bagi mereka. 

Bukti kecilnya bagi beberapa anak-anak Nias yang tinggal di beberapa desa yang berjarak puluhan kilometer dari pusat Kota Gunungsitoli (Kota yang paling maju di Pulau Nias), masih sulit membedakan antara pesawat penumpang, pesawat tempur, dan helikopter. 

Penyebab ketidaktahuan anak-anak Nias ini bukan tanpa alasan. Tapi disebabkan karena beberapa faktor yaitu di Nias sama sekali tidak ada perpustakaan umum yang berfungsi sebagai mestinya. Selain itu juga karena faktor ekonomi. 

Setiap orangtua yang berprofesi sebagai penderes karet hanya mampu berpenghasilan 500 ribu-800 ribu/bulannya. Sementara dalam satu keluarga rata-rata mempunyai 5-8 anggota keluarga. Dengan penghasilan yang sangat sedikit ini. Para orangtua di Nias tidak mampu membeli buku bacaan kepada anak-anaknya. Bagi orangtua menyekolahkan saja anaknya sampai tingkat SMA merupakan sebuah keajaiban.

Masa kecil saya 10 tahun yang lalu, tidak jauh seperti yang anak-anak Nias alami sekarang ini. Setiap hari sepulang sekolah saya hanya bermain kelereng, menangkap ikan di parit, atau terkadang bermain pistol-pistolan yang terbuat dari kayu di ladang tempat orang tua saya bekerja. 

Saya bermain setiap hari, bukan karena saya tidak suka membaca. Tapi karena saya tidak mempunyai bahan bacaan untuk dibaca. Terkadang saya hanya membaca komik cerita rakyat. Yang saya pinjam dari teman saya, yang ia dapat dari membeli susu Dancow setiap bulannya.

Singkat cerita, setelah saya tamat dari bangku SMA tahun 2010. Saya melanjut ke salah satu Perguruan Tinggi Swasta di Yogyakarta. Dari kota pendidikan inilah setahap demi setahap, saya bisa tahu alasannya anak-anak yang ada di Yogyakarta lebih pintar di bandingkan dengan anak-anak yang tinggal di kampung halaman saya. 

Salah satu alasannya adalah karena anak-anak yang tinggal di Yogyakarta dengan muda mendapatkan buku-buku bermutu. Bagi anak-anak Jogja yang tidak mampu membeli buku di Gramedia. Mereka bisa meminjam di Perpustakaan daerah, Perpustakaan Kota, dan beberapa perpustakaan yang di kelolah secara mandiri. 

Salah satu pengalaman yang saya tidak bisa lupakan sampai saat ini adalah ketika saya berdiskusi dengan teman-teman sesama mahasiswa mengenai sesuatu topik. Saat berdiskusi dengan mereka saya malu sendiri. Karena mereka sudah banyak tahu tentang topik yang sedang kami diskusikan. 

Saat saya tanyakan ke salah seorang teman mahasiswa yang berasal dari Semarang. “Kapan kamu baca buku ini?”  Ia mengatakan waktu SMA kelas 1. Saat itu saya terkejut dan merasa malu. Selama ini buku-buku yang saya baca selama saya sekolah di Nias. Tidak ada apa-apanya di bandingkan yang mereka sudah baca.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun