Mohon tunggu...
Iwal Falo
Iwal Falo Mohon Tunggu... Lainnya - Bukan siapa-siapa, hanya berusaha menjadi yang terbaik

Menjadi diri sendiri

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Corona Mengubah Kebiasaan Lama

7 Juni 2020   09:58 Diperbarui: 7 Juni 2020   10:16 143
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tanpa terasa, Corona Virus Disease atau nama kerennya COVID-19 telah menggempur negara kita Indonesia selama 3 bulan lebih. Patut diakui penyebaran COVID-19 berdampak besar terhadap berbagai sektor kehidupan manusia, mulai dari ekonomi, pendidikan, sosial budaya dan lain sebagainya. 

Segala aktivitas di luar rumah berhenti total, Bekerja dari Rumah, Belajar dari Rumah, Beribadah dari Rumah. Ketiga kegiatan penting tersebut saja sudah dilakukan dari rumah apalagi kegiatan yang bersifat hiburan dan gaya hidup, pasti berhenti total. Dampak pandemi virus corona memang dahsyat. COVID-19 benar-benar menjungkirbalikan seluruh tatanan kehidupan masyarakat tak terkecuali kehidupan sosial budaya masyarakat Indonesia.

Saya tidak tahu di daerah lain seperti apa tetapi di Nusa Tenggara Timur (NTT) umumnya dan Timor Tengah Utara (TTU) khususnya, pada saat-saat seperti ini biasanya sudah ramai dengan berbagai hajatan atau syukuran. Entah itu syukuran permandian atau pembaptisan anak, syukuran komuni pertama atau sambut baru, syukuran pernikahan dan syukuran lainnya. Semua sanak keluarga, tetangga, sahabat kenalan, rekan kerja diundang untuk menghadiri acara dimaksud. 

Anda tahu berapa jumlah biaya atau dana yang dikeluarkan sejak persiapan hingga hari H pelaksanaan acara? Fantastis bro, jutaan rupiah habis dalam waktu yang singkat untuk urusan konsumtif semata. 

Rata-rata nilainya berkisar belasan juta, puluhan juta bahkan ada yang mencapai ratusan juta rupiah. Bagi kalangan yang mapan secara ekonomi dalam hal ini kelompok menengah ke atas tidak masalah. Sedangkan bagi kelompok menengah ke bawah sudah pasti kewalahan. Bahkan ada yang terpaksa teken utang hanya untuk sebuah hajatan.

Begitu pula waktu yang tersita dan terbuang untuk sekedar kumpul-kumpul hingga mempersiapkan acara yang akan diselenggarakan. Biasanya memakan waktu berpekan-pekan hingga berbulan-bulan. Semua dilakukan untuk menjaga gengsi semata, tidak lebih dari itu. 

Sama halnya dengan upacara adat kematian. Biasanya jenasah disemayamkan di rumah duka selama 2 hari 2 malam, ada pula yang mencapai tiga malam. Banyak hewan yang disembelih untuk itu, baik itu kambing, babi maupun sapi. Biaya yang dikeluarkan pun mencapai jutaan rupiah.

Tahun 2020, kehadiran corona mengubah segalanya khususnya sehubungan dengan pelaksanaan acara syukuran dan upacara adat kematian. Corona mengubah kebiasaan lama masyarakat Indonesia umumnya. Sampai dengan saat ini pemerintah maupun pihak agama dalam hal ini gereja belum memberikan ijin untuk melakukan pegelaran acara-acara syukuran di atas guna mencegah penyebaran virus corona makin meluas dan memakan korban semakin banyak. 

Sedangkan untuk acara adat kematian juga berubah drastis. Selama masa pandemi corona, jenasah hanya bisa disemayamkan di rumah duka selambat-lambatnya selama 1 x 24 jam dengan mengedepankan protokol kesehatan dan dalam pengawasan yang ketat dari aparat keamanan dan petugas kesehatan.

Kemarin saat di tempat kerja, saya dan rekan-rekan seperjuangan sempat cerita lepas soal dampak COVID-19. Teman saya bilang begini: Kawan, kehadiran corona ini ternyata ada baiknya juga. 

Saya membalas: Apa yang baik dari corona? 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun