Mohon tunggu...
Ivan Ramasanto
Ivan Ramasanto Mohon Tunggu... Mahasiswa - Football Enthusiast

Ora Muntir!

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Cinta dan Dedikasi

18 Oktober 2021   13:05 Diperbarui: 18 Oktober 2021   13:19 1326
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Cinta dan Dedikasi, sebuah slogan yang singkat namun memiliki arti yang mendalam bagi seluruh suporter PSS Sleman di dunia. PSS Sleman, sebuah klub kecil di bagian utara Yogyakarta tepatnya di Sleman ini memang selalu memiliki kisah unik untuk diulas. 

Hampir setiap musimnya selalu ada berita panas tentang PSS, mulai dari pemain, suporter, bahkan manajemen di dalamnya. BRI Liga 1 musim 2021 ini juga mengundang cerita menarik di balik perjalanan PSS selama putaran pertama. 

Dengan deretan pemain yang cukup mentereng, dan beberapa bahkan berlabel timnas, performa PSS bisa dikatakan jauh dari harapan. 

Dalam 5 pertandingan pertama Liga 1, PSS hanya mampu meraih 1 kali kemenangan, 1 kali imbang, dan 3 kekalahan dengan hanya memperoleh 4 poin. Kondisi ini cukup untuk membuat PSS bertengger di posisi 15 klasmen sementara dengan perolehan poin yang bahkan sama dengan poin yang diperoleh 3 tim di zona degradasi.

Lantas apa yang membuat PSS Sleman terpuruk dengan kualitas pemain yang bisa dibilang tidak cocok untuk bermain di papan bawah klasmen? 

Sleman Fans, sebutan bagi suporter PSS Sleman secara umum yang mencakup Brigata Curva Sud (BCS) maupun Slemania, menganggap bahwa faktor utama penyebab buruknya performa PSS adalah Sang Pelatih Dejan Antonic dan bek kiri Arthur Irawan. 

Dejan Antonic, memang sudah malang melintang di sepak  bola Indonesia dengan melatih beberapa tim elit seperti Arema, Borneo FC, Madura United, hingga kini bertugas menukangi PSS Sleman. Rekam jejak mentereng Dejan tersebut ternyata tidak menjamin kualitas permainan dari PSS Sleman. 

PSS dinilai terlalu sering menggunakan skema umpan panjang dari bek kepada striker yang dinilai tidak efektif, dimana PSS Sleman belum mempunyai striker murni pemantul bola di putaran pertama akibat cederanya Saddam Gaffar. 

Kritikan akan performa PSS dibawah naungan Dejan sendiri sebenarnya sudah ada sejak Piala Menpora 2021. 

PSS yang saat itu berhasil menjadi juara ketiga tetap mendapat kritik pedas dari suporternya karena kualitas penampilan tim secara keseluruhan dinilai sangat buruk. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun