Mohon tunggu...
Ivan Leonheart
Ivan Leonheart Mohon Tunggu... Guru - Seasonal Writer: Nulis Ketika Gabut Aja

Gemini | INFJ-T | Tipikal orang yang akan anda katakan "Wah.. Kok gitu?" | Listener to stories | Twitter: @IvanLeonheart English Mentor yang memutuskan untuk putar haluan menjadi Kang Kopi, tapi akhirnya putar balik jadi English Teacher lagi di Cakap | Merantau dari Jawa ke kawasan dekat ibu kota. | A Philosopher at heart, but a realist in the playlist. | A man seeking Wisdom in Life through learning Bible, dan juga belajar Konseling di STTRI | Menulis ketika bosan, sedih, senang, dan kenyang. | Jangan ditunggu tulisan selanjutnya, pasti ngga terbit - terbit.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Kebahagiaan Hati, bukan Dunia

27 Oktober 2015   13:12 Diperbarui: 27 Oktober 2015   13:12 47
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

Halo, perkenalkan namaku adalah John Parker. Aku tinggal di sebuah rumah yang sederhana, namun rumah ini masih bisa memberikan kebahagiaan untukku dan juga untuk semua orang yang datang hanya untuk mampir sebentar. Aku dikenal baik oleh warga sekitar. Mereka semua suka sekali memenuhi rumahku hingga terkadang aku pun kesulitan untuk bernafas! Namun dari kesesakan yang ada, selalu muncul canda tawa dan bahkan terkadang hingga ada isak tangis yang terdengar pelan. Entah kenapa orang-orang suka mendengarkan aku berbicara dan bercerita tentang banyak hal. Setiap pukul 5 sore mereka datang dengan berbagai macam penampilan dan wewangian yang mengisi kekosongan rumah ini.

Bisa kulihat disini ada Billy si bocah yang suka berlari-lari di kebun gandum. Thomas si remaja yang penuh akan semangat kemudaannya, ia selalu membantu pak Gregor bercocok tanam di lahannya dan juga menimbun semua hasil panennya di lumbung. Ada juga Claire yang sedang menjalani masa-masa perubahan yang keras dimana ia dipaksa untuk menjadi dewasa yang memang sudah seharusnya ia alami di usianya. Ada juga pak Carlos, pengusaha minyak yang terkenal di desa ini. Beliau selalu tampil tampan dan megah, namun entah kenapa ia mau saja duduk di lantai berdebu di rumahku, bersama dengan yang lain yang tak bisa hidup se-bersih hidupnya. Dari semuanya, ada seseorang yang paling aku kenal dari yang lain, dialah sahabat karibku pak Wellson. Masih banyak orang yang suka mampir kemari yang bahkan aku tak bisa mengingat namanya, hanya bisa aku kenali dari wajahnya saja. Mereka semua tak keberatan mendengarkan ocehanku.

Setiap sore mereka semua selalu berdatangan, berebut tempat duduk di depan kursi goyangku. Mereka selalu memintaku untuk berbicara, tentang apapun yang aku sukai dan aku alami di dunia ini. Terutama Billy, ia selalu berkata "Parker, ceritakan lagi kisah petualanganmu dari awal lagi!" dan semua orang langsung menyerukan "Ya Parker! Ceritakan lagi pada kami!" Aku tidak pernah melakukan petualangan apapun, Billy selalu berlebihan menangkap apa yang aku ceritakan padanya. Mungkin memang karena dia masih bocah maka ia selalu menggunakan imajinasinya untuk mencerna ceritaku.Mungkin akan kuceritakan apa yang aku bicarakan kepada mereka sehingga mungkin kalian pun akan mendapatkan kebahagiaan yang selama ini aku bagikan bersama warga desa di rumahku ini.

Billy adalah pencerminanku saat dulu aku masih kecil. Sama seperti ia aku adalah bocah yang tidak bisa diam, selalu berlarian kemana-mana hingga terkadang aku pulang malam dan dimarahi oleh kedua orang tuaku. Aku tidak menyesal, karena hari-hariku hanya diisi dengan kesenangan. Aku suka bermain dengan anak gadis di seberang rumah ini. Ia sangat menyenangkan dan suka bermain. Sayang sekali kami harus berpisah menjelang kami mulai bersekolah. Aku sungguh menantikan saat dimana ia akan kembali, apakah ia masih mengingatku sampai sekarang? Billy beruntung karena ia memiliki keluarga yang sangat mencintainya. Tidak sepertiku, semasa kecil aku ditinggal oleh ayahku. Aku hanya hidup bersama ibuku, dan harus membantunya mencari air untuk bekerja di ladang. Dari kecil aku dididik untuk tidak manja, ibuku selalu keras padaku, ia bahkan memukulku ketika aku menjatuhkan gelas dan membasahi lantai. Hanya memukul saja mungkin sudah menjadi sebuah kebahagiaan untukku, namun sayang, ia tak hanya memukul, ia juga menghinaku dengan kata-kata kasar yang membuat dadaku terasa sakit. Mungkin kalau ayahku belum meninggalkan kami ke surga, semuanya tak akan menjadi seperti ini.

Saat aku menginjak usia Thomas, aku mulai meninggalkan ibuku. Aku pergi dari desa ini dan hidup di sebuah kota kecil yang berisikan kemewahan. Tak ada orang disana yang bepergian keluar rumah tanpa sepatu yang menyilaukan mata, bahkan ada yang memiliki kereta kuda yang begitu megahnya hingga ditarik oleh 8 ekor kuda. Disini aku mulai belajar bagaimana rasanya manis dan pahit dunia. Beberapa kali aku dipungut oleh sebuah keluarga, dan 2 diantaranya hampir membunuhku secara tidak langsung dengan membuatku bekerja 23 jam sehari. Di keluarga ketiga aku di pungut oleh sepasang kakek dan nenek yang telah ditinggalkan anak-anaknya yang sudah mencari nafkah dan menikah diluar kota. Di keluarga ini aku sangat merasa bahwa aku adalah seorang manusia yang sempurna. Aku bisa melakukan apapun yang tidak bisa dilakukan oleh pasangan tua yang memungutku ini. Aku selalu membantu mereka dalam segala hal seperti memasak, mencuci baju mereka, merawat kebun mereka, dan bahkan memandikan mereka. Mungkin tidak beda jauh dengan apa yang aku alami di 2 keluarga sebelumnya yang hampir membunuhku, namun disini aku melakukannya dengan rasa senang hati, tanpa ada sedikitpun rasa lelah, mungkin aku terkena sihir di rumah ini sehingga aku tak mengenal lelah melayani pasangan ini.

Aku meninggalkan keluarga ini ketika aku memasuki usia Claire. Pasangan tua yang aku sayangi ini kini telah tiada, dan hanya aku yang mengurus upacara penguburan mereka. Aku tidak melihat ada sanak saudara dari pasangan ini yang datang. Semua orang yang datang adalah orang yang aku kenal, yang tinggal di sekitar rumah. Pada suatu hari ada seseorang berbaju rapi datang ke rumah. Aku sangat takut! Apakah aku akan diambil oleh orang lain lagi? Ternyata tidak, orang berbaju rapi ini memberitahu bahwa aku adalah ahli waris dari pasangan tua yang selama ini hidup denganku. Semua kepemilikan pasangan ini menjadi milikku, tak terkecuali sejumlah uang yang mereka miliki di bank. Aku terdiam sesaat, tidak tahu harus berbuat apa dengan semuanya ini. Aku terbiasa melayani mereka, aku tak pernah merasa memiliki kuasa sebesar ini untuk hidup sendiri. Aku simpan semuanya dengan baik, uang di bank aku biarkan saja, dan rumah ini aku jaga dengan baik. 3 hari setelah kepergian pasangan tua ini, ada seorang gadis cantik datang ke rumah. Namanya Claire, entah ini keajaiban atau apa, namanya sama dengan gadis cantik yang suka mendengarkan ceritaku ini. Gadis ini mendengar berita bahwa pasangan tua yang tinggal bersamaku telah meninggal dunia, ia disini tidak lain untuk mendengarkan ceritaku selama aku tinggal bersama mereka. Di momen ini ada yang aneh di dalam diriku. Entah kenapa jantungku berdegup sangat kencang saat aku memandang wajahnya. Aku banyak salah tingkah di depannya, dan ia tertawa kecil saat ku melakukannya. Kurasa inilah yang mereka bilang Jatuh Cinta. Kami mulai menjalin hubungan setelah beberapa bulan kami bertemu dan saling bertukar pengalaman tentang rumah itu. Kami pun tinggal disana, memiliki 3 anak dan aku mulai membuka sebuah pabrik kecil dibelakang rumah.

Pak Carlos mengingatkanku pada masa-masa dimana aku mulai serius berjuang bersama istriku tercinta. Pabrik kami menerima pesanan dalam jumlah yang sangat banyak sehingga kami berdua saja kewalahan melayani permintaan tersebut. Kami berhasil mengarungi sungai perjuangan yang sangat deras. Kimberly putri kami tumbuh menjadi gadis muda yang sangat cantik yang menerima banyak pujian dimanapun ia berada. Kimberly bukanlah jagoan di lapangan, namun satu hal yang membuat ia berposisi diatas segalanya adalah ketulusannya. Tak ada orang yang bisa menemukan ketulusan lebih dari yang diberikan Kimberly kepada orang lain.

Pada suatu hari, Kimberly mengajak Wellson datang ke rumah. Pertemuanku pertama kali dengan Wellson bukanlah pertemuan yang hangat. Wellson datang ke rumahku dengan bersimbah darah dibagian lehernya. Lalu aku pun bergegas membawanya bersama ke sebuah pondok pengobatan. Wellson adalah penyelamat anakku, ia lah yang membantu Kimberly melarikan diri dari cekikan para berandalan di gang kumuh di kota. Dari situlah Wellson kemudian datang ke dalam keluarga kami.

September 27 adalah hari dengan kenangan terburuk dalam hidupku. Aku kehilangan istri dan anakku tercinta dalam sebuah kebakaran besar di pabrik tempatku berkarya. Pabrik itu terbakar karena ada beberapa anak kecil sedang bermain petasan di belakang rumah. Berawal dari petasan itu, pabrikku mulai bersuara, lama-lama suara itu menjadi gaduh dan akhirnya semuanya hanya terlihat merah saja. Istriku dan anakku sedang tidur terlelap, mereka berdua tak sadar apa yang terjadi. Aku datang terlambat, ketika aku sampai di kamar mereka, mereka sudah tertimbun reruntuhan bangunan, hanya cairan merah kental yang bisa aku lihat pada waktu itu. Aku terdiam untuk beberapa saat. Entah kenapa tubuh ini tidak ingin lagi bergerak. Namun Wellson segera menarikku dari semua kegalauan itu dan aku pun selamat dari kebakaran itu.

Keesokan harinya Wellson datang kepadaku, duduk termenung di depanku dan melihat wajahku dengan penuh kepolosannya. Dia adalah anak muda yang baik. Ia memberikan pita suaranya untuk menyelamatkan anakku dari bahaya. Hari itu juga aku berkata pada Wellson untuk mencari petualangan yang baru, karena petualangannya di rumahku ini telah selesai. Wellson pun meneteskan air mata di depanku. Ia tak bisa berkata apa-apa, bahkan tidak bisa berteriak marah. "Pergilah nak, buatlah keluarga baru, disini sudah tak ada lagi keluarga untukmu" itulah kata-kataku yang membuatnya pergi penuh dengan air mata.

Aku telah kehilangan segalanya. Rumah, istri tercinta, anakku yang cantik, pabrik dan harta bendaku selama ini. Aku memutuskan untuk kembali ke desa. Setibanya di desa, aku pergi ke kuburan tempat aku suka menyendiri pada zaman dahulu. Disana aku menemukan sebuah batu nisan yang masih baru, yang bertuliskan "Abraham & Milly Parker. Biarlah kalian beristirahat dengan tenang sekarang dan selama-lamanya". Aku melihat batu nisan itu, kemudian duduk termenung, entah mengapa hati ini begitu sakit rasanya melihat kalimat sederhana yang tertulis di nisan itu. Lalu aku pun kembali ke rumahku yang dulu. Rumah yang penuh kenangan yang menyakitkan yang selalu ku benci. Di setiap sudut ruangan rumah itu aku ingat bahwa aku pernah duduk diam di pojokan, menangis dalam kesendirian di hawa yang dingin.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun