Mohon tunggu...
Ivan Leonheart
Ivan Leonheart Mohon Tunggu... Guru - Seasonal Writer: Nulis Ketika Gabut Aja

Gemini | INFJ-T | Tipikal orang yang akan anda katakan "Wah.. Kok gitu?" | Listener to stories | Twitter: @IvanLeonheart English Mentor yang memutuskan untuk putar haluan menjadi Kang Kopi, tapi akhirnya putar balik jadi English Teacher lagi di Cakap | Merantau dari Jawa ke kawasan dekat ibu kota. | A Philosopher at heart, but a realist in the playlist. | A man seeking Wisdom in Life through learning Bible, dan juga belajar Konseling di STTRI | Menulis ketika bosan, sedih, senang, dan kenyang. | Jangan ditunggu tulisan selanjutnya, pasti ngga terbit - terbit.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Momen Tak Ternilai dan Tiada Duanya

11 Februari 2018   07:00 Diperbarui: 11 Februari 2018   09:14 810
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tiada hari tanpa ku mengingat akan kenangan indah di masa lalu. Dimana tawa bukanlah sesuatu yang harus dibeli, dan kasih sayang tidaklah perlu dicari. Momen yang sangat ajaib itu tak pernah terlewat dari benakku, dan tak akan pernah terlupakan dalam kondisi apapun. Mengingatnya, tentu ada beberapa aliran air yang hangat yang mengalir turun dari mata, karena momen ini tak mungkin aku rasakan lagi, dan tak mungkin terulang lagi. Bukan karena sedih, bukan juga karena bahagia, namun karena rasa bersyukur karena sudah diberi kesempatan untuk menikmati kejadian yang sangat berharga dan sangat mewarnai kehidupanku.

Goresan kebahagiaan dimulai dari anggota keluarga. Ketika kita dirawat dengan penuh kasih saying tanpa adanya tuntutan untuk mengembalikan apapun yang diberikan untuk kita. Betapa indahnya ku melihat kerja sama dari keluarga besarku yang senantiasa mendidik dan merawatku, dan bahkan mengajarkanku mana yang baik dan mana yang buruk. 

Seiring berjalannya waktu, aku pun mulai dididik dengan cara yang berbeda. Tanpa mengurangi rasa sayang yang mereka berikan, mereka pun mulai mengajarkan kedisiplinan padaku. Terkadang ada sebuah isakan tangis bahagia yang diikuti dengan ucapan syukur. "Anakku sudah besar, besok pasti jadi seorang yang hebat!" kata ayahku yang menaruh mimpinya yang besar di masa depanku.

Ketiadaan sosok seorang ayah adalah salah satu peristiwa yang paling menyakitkan dalam kehidupanku. Bayangkan saja, sehari setelah aku ulang tahun, tiba -- tiba aku mendapat kabar yang tidak mengenakkan. Aku berharap kado terbesar dalam ulang tahunku adalah sebuah mainan, bukan kecelakaan yang menyebabkan kematian. Selalu terngiang dalam benakku, disaat itu adikku dengan polosnya bertanya "Kak, papa kenapa tidur terus? Aku mau ajak main. Aku pengen main dengan papa kak. Tolong bangunkan papa kak!" Betapa sakitnya aku menyimpan rasa sedih itu karena aku tahu, ayahku tak akan bangun lagi untuk mengajak kami bermain, berjalan -- jalan mengitari taman kota dan persawahan untuk mencari udara segar lagi.

Rasa sedih pun lama kelamaan berlalu, dan kehidupan akan selalu berjalan terus tanpa menghiraukan apapun yang terjadi. Aku mencoba untuk melepas kesedihanku dengan menjalani hobi dan bermain bersama teman. Tak lama kemudian, sosok nenek dan kakek pun muncul dalam kehidupanku. Aku mulai dikenalkan dengan keluarga yang baru, yang begitu asing bagiku. 

Hari demi hari aku dididik dan diingatkan bahwa kesuksesanku adalah mimpi terbesar ayahku. Aku pun memulai hidup yang baru dengan mimpi dan harapan yang baru. Di bangku pendidikan yang lebih tinggi, aku pun mengemban harapan dari banyak orang yang menyemangati dan mendanaiku. Bebanku semakin berat, namun aku sama sekali tak merasa terbebani. Hanya ada rasa bahagia dan semangat yang lebih besar untuk berjuang dan melakukan yang terbaik demi pencapaian yang sangat di elu -- elukan oleh kakek, nenek, dan semua keluargaku.

Kata orang, kehidupan itu bagaikan roda yang berputar. Ada kalanya dimana kita sedih, dan ada kalanya dimana kita dibahagiakan. Semua ini kita percayai bahwa Tuhan sudah mengatur jalan yang terbaik dalam kehidupan kita, namun bukan berarti kita tidak harus berusaha untuk mencapai mimpi kita. Banyak cerita yang dapat kita syukuri, amini, dan hargai sehingga menjadi sebuah momen yang sangat berharga. 

Tentu penyesalan itu ada, dan penyesalan tidak pernah dating duluan, selalu saja ada belakang. Maka dari itu, marilah berjalan bersamaku, menjalani kehidupan yang lebih menghargai setiap momen dalam kehidupan kita. Siapa tahu, kebahagiaan kita saat itu, adalah momen terakhir yang hanya bias menjadi kenangan di masa depan. Tak ada yang abadi di dunia ini. 

Kematian tentunya akan mendatangi kita tanpa kita sadari. Marilah kita hargai semua waktu yang ada dalam kehidupan kita bersama orang tercinta dalam kehidupan kita. Janganlah kalian menjadi sepertiku, yang berkali -- kali mengalami kegagalan dalam mewujudkan mimpi orang -- orang yang ku sayangi disaat mereka masih bernafas dengan lega dan penuh tenaga. Tak ada kebahagiaan dalam bermalas -- malasan, memang mungkin ada kenyamanan, namun ingatlah, tidak ada pahlawan yang lahir dan tumbuh di lingkungan yang serba nyaman.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun