Mohon tunggu...
Ivan Leonheart
Ivan Leonheart Mohon Tunggu... Guru - Seasonal Writer: Nulis Ketika Gabut Aja

Gemini | INFJ-T | Tipikal orang yang akan anda katakan "Wah.. Kok gitu?" | Listener to stories | Twitter: @IvanLeonheart English Mentor yang memutuskan untuk putar haluan menjadi Kang Kopi, tapi akhirnya putar balik jadi English Teacher lagi di Cakap | Merantau dari Jawa ke kawasan dekat ibu kota. | A Philosopher at heart, but a realist in the playlist. | A man seeking Wisdom in Life through learning Bible, dan juga belajar Konseling di STTRI | Menulis ketika bosan, sedih, senang, dan kenyang. | Jangan ditunggu tulisan selanjutnya, pasti ngga terbit - terbit.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mereka yang Kasihan Tak Pernah Minta Dikasihani

16 Januari 2018   10:39 Diperbarui: 16 Januari 2018   11:39 1519
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
static1.squarespace.com

Ada sebuah fenomena yang sekarang sudah biasa kita temukan di jalanan. Fenomena ini bisa dibilang sesuatu yang kini merupakan sebuah kedok kemalasan orang. Apabila kalian menebak bahwa fenomena ini adalah anak jalanan, maka selamat, tebakan kalian benar sekali.

Anak jalanan belakangan ini masih banyak sekali kita jumpai, walaupun banyak berita yang kita lihat di televisi tentang penertiban pengemis jalanan (anak jalanan termasuk pengemis jalanan) namun tetap saja masih banyak para peminta sedekah yang kita lihat bertebaran di jalanan.

Apakah mereka memang perlu dikasihani? Hati anda tergugah untuk bersedekah karena mereka "terlihat" menyedihkan dan sengsara? Tahan dulu jawaban anda, ingatlah bahwa banyak sekali tipu daya yang dilakukan oleh orang -- orang nakal untuk mencari rezeki. Anda yakin mereka yang berada di jalanan adalah mereka yang tidak punya rumah? 

Apakah anda pernah melihat pengemis itu berada di tempat yang sama dalam kurun waktu 24 jam? Bagi anda yang pernah melihatnya berarti anda memang benar melihat seorang tuna wisma, namun ketika anda melihat orang meminta -- minta, telihat sakit, namun begitu ada hujan tiba -- tiba langsung sehat dan lari menuju tempat yang teduh, wah, sepertinya perasaan anda sedang dipermainkan ya?

Orang yang sebenarnya perlu kita kasihani, sebenarnya tidak pernah meminta -- minta pada kita. Faktanya, banyak pengamen atau pengemis yang hidup lebih makmur daripada mereka yang bekerja banting tulang dengan gaji yang tidak seberapa. Anda tidak percaya? Silakan buktikan sendiri dengan survey mereka yang dijalanan. 

Carilah dua orang, satu seorang pengemis yang (terlihat) cacat, dan seorang pekerja negara (tukang sapu jalan, tukang sampah, dan pekerja lainnya yang berada di jalanan yang bukan polisi) yang juga (terlihat) cacat. 

Bandingkan saja gaji dan usaha mereka berdua, kalian pasti tahu bahwa mereka pengemis yang (sepertinya) cacat, kerjaannya hanya duduk dijalanan, menunggu orang kasihan memberikan uang (yang mungkin sebenarnya tidak ikhlas tapi di ikhlaskan karena kasihan) sementara yang satunya, bekerja keras dengan segala keterbatasannya, tanpa mengeluh dengan dibekali urat malu yang sudah putus. 

Pernahkah anda bertemu dengan mereka yang bekerja keras tapi tetap meminta -- minta? Saya rasa jarang sekali ada yang seperti itu, karena orang bekerja keras bisa berbangga diri karena ia hidup bukan dari belas kasihan orang lain, namun dari kristalisasi keringat.

Kita selalu diajarkan bahwa tiada mimpi yang bisa diraih tanpa adanya kerja keras, begitu pun mereka yang bekerja keras demi kehidupan mereka. Semakin mereka semangat bekerja keras, semakin bisa kita lihat mimpi mereka yang besar, pasti itu beda dari mereka yang menunggu rezeki datang tapi tak mempersiapkan apapun dalam kehidupannya. 

Rezeki hanya datang kepada orang yang berusaha, dan jangan pernah lupa, rezeki tidak selalu dalam bentuk uang, namun rezeki, pasti bersangkutan dengan kebahagiaan.

Jangan mau lagi tertipu oleh muka kasihan mereka para pengemis jalanan. Kasihanlah pada mereka anak jalanan yang sebenarnya mempunyai masa depan yang lebih cerah namun terjebak dalam dunia yang kelam. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun