Mohon tunggu...
Yunus SeptifanHarefa
Yunus SeptifanHarefa Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Buku Indah Tapi Tak Mudah

Berkarya untuk Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Pilihan

Jokowi dan Posisi Politik Driver Online

9 April 2019   13:55 Diperbarui: 9 April 2019   14:43 143
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: iradiofm.com

Seandainya pilihan kita sama, berarti kita punya kegelisahan yang sama soal bangsa ini.  Namun, kalau pilihan kita berbeda, tidak masalah kok. Kita tetap saja bersaudara. (Yunus Harefa)

Selama empat hari berturut-turut menggunakan jasa driver online, politik adalah obrolan yang sengaja saya bicarakan dengan driver selama di dalam perjalanan. Secara khusus, obrolan ini mengerucut kepada pemilihan presiden nanti. Bersyukur karena melalui obrolan inilah saya bisa bertemu dengan 4 orang dengan posisi politik mereka masing-masing dan sekaligus saya punya kesempatan untuk menanggapi setiap posisi mereka.  

Hari pertama (01)

Saya bertemu dengan abang-abang pendukung fanatik Jokowi. "Apapun yang terjadi, pilihan saya tetap Jokowi!", Katanya dengan tegas. "Begini loh dek, secara personal dia itu orang baik, dan dalam kepemimpinan dia juga tidak korupsi.  Kalau kita lihat ya, sekarang ini  nyata sekali pembangunan yang terjadi di negeri ini. Jadi, yang punya akal sehat sih pastinya pilih Jokowi dek." Saya setuju bang, tapi pilihan yang sudah bulat itu tidak boleh mengabaikan realitas bahwa Jokowi punya kelemahan. Karenanya, jangan lupa memberi catatan kritis kepada Jokowi, karena mendukung tidak harus menjadi buta terhadap segala kekurangannya. 

Hari kedua (02)

Saya bertemu dengan pendukung fanatik Prabowo. "Saya ini juga orang Solo mas. Dulu, saya juga pro Jokowi. Tapi, tahun ini, setelah saya pikir-pikir, saya mau mencoba opsi lain  untuk bangsa ini. Apa salahnya mencoba yang pilihan lain? Prabowo patut kita beri kesempatan. Betul gak mas?" Betul sekali mas, saya menjawab. Semua orang punya kesempatan, termasuk Prabowo. Tapi, kalau untuk level presiden, kayaknya jangan coba-coba  deh mas, nanti jadi apa negara ini kalau cuma jadi baha percobaan. Kenapa kita tidak  memilih yang sudah punya pengalaman saja? hehehe.

Hari ketiga 

Saya bertemu dengan pemilih yang tidak ingin memilih (golput). "Tahun ini saya akan golput bang, karena kedua calon ya  sama saja. Tidak ada yang bagus. Males juga urusin soal politik kayak ginilah, gak ada gunanya. Karena itu golput itu pilihan terbaik. Tidak salah kan bang?", Katanya pada saya.  Tentu tidak salah bang, cuma jangan golput karena ikut-ikutan  aja ya, karena kalau golput tanpa alasan yang jelas sama aja gak peduli sama bangsa ini. Udah dikasih hak untuk berpartisipasi dalam politik, ehh malah disia-siakan, nanti kalau udah ada yang terpilih baru protes-protes. Jadi, dipikirkan ulang kalau mau golput bang. 

Hari keempat 

Saya bertemu dengan pendukung Jokowi yang kuat berdoa. "Saya ini dukung Jokowi mas. Tapi, sayang sekali, saya tidak bisa memilih Jokowi karena ribet ngurus surat-surat, berhubung saya memang tidak berdomisili  di sini mas. Ya, meski begitu kita tetap mendoakan Pak Jokowi bisa memimpin kembali negeri ini." 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun