Mohon tunggu...
Ivana Hedya Setiawan
Ivana Hedya Setiawan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa STP Trisakti

Penerima Beasiswa Prestasi STP Trisakti 2021

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Alat Musik Tradisional, "Mari Kita Ber-Tong-Ting-Tang"

12 Januari 2022   11:28 Diperbarui: 22 Januari 2022   19:28 3361
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Hai semuanya, ada yang tahu apa arti "Mari kita ber-tong-ting-tang"? Mungkin masih terdengar asing ya bagi sebagian orang. 

"Mari kita ber-tong-ting-tang" merupakan kalimat ajakan untuk bermain alat musik kolintang yang sering digunakan oleh orang Minahasa atau dalam bahasa daerahnya adalah "Maimo kumolintang". 

Kenapa disebut ber-tong-ting tang? karena asal usul nama kolintang itu berasal dari bunyi "tong" untuk nada rendah, "ting" untuk nada tinggi, dan "tang" untuk nada tengah. 

Kolintang merupakan alat musik pukul tradisional yang berasal dari Minahasa, Sulawesi Utara. Kolintang merupakan alat musik yang mudah dimainkan karena akor (Accord) dan melodi memiliki alatnya masing-masing yang dimainkan secara individu sehingga lebih mudah untuk dipelajari. 

Alat musik kolintang memang tidak asing untuk pelajar, mahasiswa maupun masyarakat umum. Tapi apakah kalian tahu cerita asal muasal kolintang dari masyarakat Minahasanya langsung? 

Cerita kolintang berasal dari desa yang indah bernama To Un Rano yang sekarang lebih dikenal dengan nama Tondano. Dahulu kala di Desa tersebut terdapat seorang gadis yang sangat cantik. Gadis tersebut bernama Lintang. Dia pandai bernyanyi dan memiliki suara yang sangat merdu. Sehingga banyak pemuda yang jatuh hati padanya. 

Hingga pada suatu hari dalam sebuah pesta muda mudi yang diselenggarakan di desa To Un Rano ada seorang pemuda yang gagah dan tampan yang mengajak berkenalan Lintang. Nama pemuda itu adalah Makasiga. Makasiga memiliki keahlian di bidang ukir-ukiran. 

Kemudian Makasiga melamar Lintang dan lintang terima namun dengan satu syarat yaitu Makasiga harus mencari alat musik yang bunyinya lebih merdu dari pada seruling emas. 

Makasigapun berusaha untuk memenuhi keinginan Lintang. Ia mencari alat musik yang diinginkan Lintang di dalam hutan. Hingga suatu hari pada saat Makasiga mengumpulkan kayu untuk menghangatkan dirinya. Ia membelah-belahkan kayu tersebut dan menjemurnya. 

Setelah kering dia memindahkan kayu tersebut dengan cara dilemparkan satu persatu. Saat kayu-kayu tersebut jatuh membentur tanah, terdengar suara yang merdu dan nyaring. 

Makasiga sangat senang melihat dan mendengar hal itu. Sementara ditempat lain ada dua orang pemburu yang mendengar bunyi tersebut dan berusaha mencari sumber bunyi tersebut. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun