Kalau tak salah, ini bulan ketiga aku disibukkan oleh pertanyaan aneh yang begitu saja muncul di benakku; ”apakah ilmu itu?” Bagaimana tidak aneh; pertanyaan itu muncul saat aku telah menamatkan pendidikan magister dalam bidang sastra dan filsafat. Tentu saja itu pertanyaan elementer yang harus sudah dikuasai sejak pendidikan sarjana.
Entah kenapa, pertanyaan demikian muncul kembali. Kehadirannya menggoyahkan pemahaman yang selama ini kuyakini. Aku seakan ditantang untuk memikirkan dan merumuskan kembali bacaan yang selama ini kurujuk dalam bidang keilmuan. Celakanya, pertanyaan itu mengganggu siang-malam. Sungguh menggelisahkan.
Akibatnya, aku harus membongkar dan menumpuk semua buku filsafat, terutama filsafat ilmu, yang kumiliki. Beberapa mahasiswa dan alumni kudatangi untuk meminjam buku koleksi mereka.
Aku pun membacanya, meringkas, menganalisis, membuat catatan-catatan untuk setiap buku yang selesai dibaca. Juga membandingkan argumen, perspektif dan data-data. Persis layaknya mahasiswa baru yang sedang belajar membaca buku teks dengan metode membaca analitik. Begitulah berhari-hari, berminggu-minggu, berbulan-bulan.
Tempat paling asyik untuk bersemedi sambil membaca adalah lepau Uniang Kamek, yang terletak di lantai bawah jurusan. Datang pagi-pagi, aku memesan segelas kopi dan memilih bangku di salah satu sudut di lapau itu.
Kapan pun ada waktu luang, maka lepau itulah tempat ternyaman untuk membaca ditemani segelas kopi. Kalau lapar, langsung bisa pesan nasi. Gak ada uang, bisa ngutang...
Uniang Kamek sebagai manejer yang merangkap juru masak dan kasir selalu melayani dengan hati. Selagi buku, kopi, dan alat-alatku masih ada di meja, Uniang Kamek akan melarang orang lain duduk di sana. “Itu meja Pak Ivan, jangan diganggu..” ujarnya. Benar-benar lepau yang nyaman dan aman.
Diam-diam rupanya ada yang memperhatikan kegelisahanku. Berminggu-minggu dia mencermati. Tanpa komentar atau bertanya. Hanya diam mengamati. Setelah sebulan lebih, akhirnya ia mendatangi mejaku sambil membawa gelas kopinya.
“Apa kabar, Van?” sapanya.
“Baik..”, jawab saya ringan.
“Lagi baca apa?”