Mohon tunggu...
ivan adilla
ivan adilla Mohon Tunggu... Guru - Berbagi pandangan dan kesenangan.

Penulis yang menyenangi fotografi.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Siri, Orang Gila Sahabatku

21 April 2021   01:30 Diperbarui: 21 April 2021   02:09 317
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Danau kecil di tengah Kampus Hankuk University for Foreign Studies (HUFS), di Mohyeon-Myeon, Yongin-shi, Korea Selatan. Foto oleh Ivan Adilla 

“Kabarnya, menurut orang dari kampung lain, memang pemerintah membiayai sampai tiga bulan. Tapi lewat dari itu, orang gila itu disuntik saja agar mati pelan-pelan,” ujar seorang pengunjung warung kopi suatu pagi.

“Menurutku masuk akal juga. Untuk apa lama-lama membiayai orang gila kalau orang waras saja banyak yang butuh pengobatan,” timpal yang lain.

Komentar itu sampai ke telinga keluarga Siri. Mereka mulai ragu. Semangatnya menyurut, digantikan oleh kekhawatiran. Untung saja Kepala Desa turun tangan mengurus hal itu, sehingga akhirnya Siri berhasil dibawa untuk berobat di rumah sakit jiwa. Beberapa bulan dirawat, kondisi Siri mulai membaik dan akhirnya diizinkan pulang.

Saya kembali bertemu Siri dua bulan setelah dia keluar rumah sakit. Tubuhnya tidak lagi kurus, tapi telah gempal berisi. Rambutnya dipotong pendek. Ia langsung tersenyum begitu kami bertemu secara tak sengaja di jalan. Saya menawarkan rokok dan kami bicara sebentar untuk menanyakan keadaan masing-masing. Tak lama kemudian Siri meneruskan perjalanannya ke arah pasar, dan saya melangkah ke tempat lain.

Perjumpaan itu meyakinkan saya bahwa Siri telah jauh lebih baik kondisinya. Kecuali matanya yang enggan bertatapan, ia terlihat layaknya manusia normal lainnya. Tentu saja saya senang dengan kondisi Siri sekarang. Dan hampir setiap kali pulang ke kampung, saya bertemu dengan Siri. Kadang kami duduk minum kopi bersama di teras rumah atau di bawah pohon dekat sawang. Bercerita tentang sawah yang mulai dibajak karena musim hujan sudah datang. Tentang harga bibit bawang yang mahal, atau kabar teman-teman lain semasa kecil. Siri tidak lagi menjahit seperti dulu. Ia kini bertani di sawah milik kaumnya.

Sekali waktu seorang teman mengabarkan bahwa Siri kembali dipasung. Saya baru menyadari bahwa telah agak lama saya tidak pulang ke kampung. “Sebulan sebelum dipasung, ia sering mengamuk..” kata teman itu. “Kau tahu kan tenaga orang gila? Apalagi kalau orang gila itu berbadan tegap seperti Siri”.

“Seberapa kuat?” tanya saya.

“Berempat orang kami mencoba membekuknya, tapi tak berhasil. Malah ia melawan. Untung aku bisa melepaskan diri. Kalau tidak, mungkin nasibku akan sama dengan Mak Pandeka, dicampakkannya ke dalam perigi dekat rumah Si Muncak. Atau seperti si Mamai yang tergurajai di pohon seri...”

“Jadi sudah berapa lama dia dipasung?”

“Sudah hampir dua bulan kalau tak salah..”

Sore harinya aku dan seorang saudara mengunjungi Siri di kandang tempat ia dipasung. Daging di tubuhnya dengan cepat menghilang, sedangkan rambutnya memanjang. Tubuh kurus itu terlihat kotor hingga ke ujung jarinya yang menghitam. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun