Mohon tunggu...
ivan adilla
ivan adilla Mohon Tunggu... Guru - Berbagi pandangan dan kesenangan.

Penulis yang menyenangi fotografi.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Siri, Orang Gila Sahabatku

21 April 2021   01:30 Diperbarui: 21 April 2021   02:09 317
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Danau kecil di tengah Kampus Hankuk University for Foreign Studies (HUFS), di Mohyeon-Myeon, Yongin-shi, Korea Selatan. Foto oleh Ivan Adilla 

Saat itu aku baru saja tamat dari sekolah menengah. Sambil menunggu pengumuman ujian seleksi perguruan tinggi, aku meneruskan pekerjaan sebagai reporter di Harian Singgalang di Padang. Seorang teman mengabarkan bahwa Siri telah tiga bulan dipasung keluarganya.

”Dia sering mengamuk. Kalau sudah mengamuk, sulit sekali menghentikannya. Daripada menimbulkan banyak kerusakan, dia dipasung oleh keluarganya”, kata teman itu. 

Suatu sore aku menuju rumah tempat Siri dipasung. Terletak jauh dan terpencil dari kampung, tempat itu lebih tepat disebut gubuk berdinding tadir. Gubuk dengan tiang kayu itu tidak begitu besar, sekitar 4X3 meter. Kami menemui orang tua Siri untuk minta izin bicara dengan anaknya. Orang tua Siri mengizinkan dan mengantarkan kami menemui Siri yang dipasung di sebelah pondok itu.

Ruang tempat Siri dipasung itu dulunya adalah kandang kambing yang dipagar dengan kayu sekelilingnya. Lantainya dari tanah. Ada selembar tikar untuk alas di tanah itu. 

Di selembar tikar itulah sepanjang hari Siri menjalani hari-harinya. Rambutnya panjang, ujungnya bergulung membentuk gimbal yang tak beraturan. Tubuhnya terlihat kurus. Ia duduk menyandarkan punggung ke dinding tadir. Sebelah kakinya mengunjur lurus dan terhimpit di antara belahan pohon kelapa yang dilobangi di bagian tengahnya. Pasungan dari pohon kelapa yang besar itu diikatkan ke tiang dengan sebuah rantai besar. Ketika kami datang, Siri tak acuh saja. Ia menekur sambil menorehkan sesuatu dengan tangannya di tanah.

Setelah kami panggil, baru ia menoleh ke arah kami. Tatapannya tajam dan liar. Sejenak kemudian ia menyeringai, memperlihatkan barisan gigi-giginya yang kuning. 

Wah, Siri ternyata masih mengenali kami berdua. Setelah itu semuanya berjalan lebih baik. Kami menyodorkan roti yang kami beli menjelang berangkat. Tentu juga rokok untuk kami hisap bersama. Kami pun mengobrol layaknya sebelum dia sakit. 

Saya juga sempat mengambil foto Siri di kandang pasungannya. Saat kami pamit, wajah Siri terlihat sedih. Ia membalas salam dan lambaian tangan kami ketika kami berjalan untuk pulang. Malamnya saya segera membuat laporan tentang Siri yang dipasung, dan mengirimkannya ke redaksi Harian Singgalang di Padang.

Sabtu siang dalam pekan yang sama, sebuah rombongan dari dokter kabupaten mendatangi Siri ke rumahnya. Laporan yang saya tulis rupanya dimuat pada Singgalang Minggu. Meski namanya Singgalang Minggu, edisi itu terbit pada Sabtu dan beredar pada hari yang sama. Laporan tentang pemasungan Siri terbit pada halaman satu, lengkap dengan foto. Laporan itu ternyata mengagetkan dokter kabupaten sehingga mereka bergerak cepat mengunjungi Siri.

Dalam kunjungan itu dokter menyatakan bahwa mereka ingin merawat Siri di rumah sakit. “Bapak dan Ibu tidak perlu memikirkan biaya. Semua ditanggung pemerintah”, jelas dokter. Kedua orang tua Siri setuju dan esoknya surat-surat dan kebutuhan lain mulai disiapkan. Tapi tiba-tiba persiapan itu tersendat karena orang tua Siri mendengar kabar beragam soal perlakuan terhadap orang sakit jiwa di rumah sakit.

“Sebaiknya ditimbanglah dulu. Apa mungkin pemerintah akan menjamin selamanya pengobatan untuk orang gila...” saran seseorang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun