Ramadhan adalah bulan yang ditunggu-tunggu. Dan tiap orang menunggu sesuai kepentingannya. Ketika kanak-kanak, yang kami tunggu adalah saat berbuka puasa. Satu-dua jam menjelang beduk Magrib dipukul, kami akan bermain ke pasar, tempat orang menjual aneka ‘pabukoan’. Aneka macam dijual orang; sejak dari candil, lepat, onde-onde, lemang tapai, hingga bika. Ada juga lauk seperti ikan bakar, dendeng, cincang, gulai kambing hingga sayur anyang. Segala jenis makanan itu begitu menggoda selera bagi kami anak-anak kampung yang tinggal jauh di desa. Sebagian dari makanan itu memang hanya muncul saat Ramadhan. Tapi uang jajan yang terbatas hanya memungkinkan kami membeli satu jenis makanan untuk berbuka saja. Kalau tak candil, tentu bika agak satu atau dua buah.
Ramadhan juga ditunggu karena musim libur. Sekolah diliburkan, agar orang dapat beribadah dengan tenang dan santai. Kami para anak lelaki akan tidur di surau. Selepas shalat tarawih, kami bertadarus sampai tengah malam. Menjelang sahur berkeliling kampung membangun warga sambil memukul apa saja sambil bersorak,’sahur..sahur..sahur’. sehabis subuh barulah kami tidur.
Kapan mulai puasa? Beberapa hari menjelang Ramadhan, para ulama dan orang siak nagari akan berkumpul di masjid untuk menentukan kapan mulai berpuasa. Setelah itu baru diumumkan kapan puasa akan dimulai. Meski begitu, ada saja jamaah surau tertentu yang memilih waktu awal Ramadhan yang berbeda. Tapi orang kampung kami tak pernah mempertengkarkannya. Semua memaklumi pilihan masing-masing.
Persoalan awal Ramadhan itu baru terasa ketika saya sudah mulai dewasa. Suatu hari saya bertanya pada Mamak- kakak lelaki Ibu- kapan beliau mulai puasa.
“Mungkin hari Senin”, jawab beliau.
”Kok Mamak yakin puasa pada hari Senin?”
“Karena menurut pengamatan saya, hilal akan muncul pada minggu sore. Sekarang bulan sudah 25, jadi tinggal empat hari lagi”.
“Tapi kan hilal belum kelihatan..”
“Tentu belum. Bagi kami orang kampung, mengamati bulan dan bintang itu tiap saat. Bukan hanya saat menjelang Ramadhan saja...”. jawab Mamak. “Kalau kamu kapan mulai puasa?”
“Saya menunggu pengumuman pemerintah saja”, jawab saya. Dan Mamak saya hanya tersenyum kecil saja mendengar jawaban itu. Bikin penasaran.