SENJA YANG MENCERITAKAN KITA
Di senja yang mana kita sempat bercanda, tentang terik cuaca dan kusam gedung-gedung tua. Sebelum akhirnya embusan angin selatan, melaungkan dingin dari banyak butiran hujan. Lalu aku juga kamu sengaja lupa, hangat cinta yang berdiang dalam dada.
Kita hanya coba memilih untuk diam, menekur pada sebait kisah silam. Di saat jejak asmara menjadi dua baris luka, selarik kalimat lain digoreskan nelangsa. Selayaknya tak ada yang bisa kita baca kemudian, dengan terpaksa saling melambaikan tangan.
Nanti, akankah kita rindu? Dimana doa-doa pernah jadi puisi paling gebu. Ia yang merupa kicauan burung-burung nuri, menderas begitu berisik sampai ke palung hati. Atau mungkin enggan mengekalkan segala, di setiap senja yang menceritakan kita.
Biar takdir bersama bukan milik kita, setidaknya ingatan tersimpan di masing-masing kepala. Meski telah terucapkan selamat tinggal, pastikan kenangan bukan sesuatu yang tanggal. Kita pun benar-benar memaknai, tak akan ada lagi duka setelah ini.
Sumedang, 14 Mei 2025
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI