Mohon tunggu...
Ita Siregar
Ita Siregar Mohon Tunggu... Administrasi - Pengarang. Pemetik cerita. Tinggal di Balige.

Merindu langit dan bumi yang baru.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Doa Mengubah Segala Sesuatu

25 Februari 2023   08:11 Diperbarui: 25 Februari 2023   10:48 127
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lyfe. Sumber ilustrasi: FREEPIK/8photo

Semalam saya tak sengaja membuka video seorang laki-laki muda yang menganiaya laki-laki muda lain, yang adalah mantan pacarnya. Saya langsung menutup video itu ketika melihat satu kaki bersepatu menghajar kepala yang sudah tergeletak di lantai paving blok. Peristiwa itu terjadi di lingkungan perumahan. Yang juga saya pikirkan adalah orang yang merekam peristiwa itu. Betapa kuat hati mereka melakukannya. Di mana hati dan belas kasihan mereka saat itu?

Bumi ini sudah demikian rusaknya. Udara jahat di mana-mana. Sungguh menyedihkan dan sungguh berbahaya kenyataan itu. Lalu kita mempertanyakan, bagaimana orangtua dan lingkungan agama dan orang-orang dewasa mendidik dan memberi contoh kepada mereka yang lebih muda?

Saya punya seorang kawan di ibu kota yang punya kebiasaan rutin berjalan kaki setiap sore, sambil berdoa. Sebelum keluar dari rumah dia akan mengenakan masker, tutup telinga, lalu berbicara dengan suara keras sehingga telinganya dapat mendengarnya. 

"Tuhan, tolonglah saya untuk tetap sadar dan rendah hati menghadapi hari-hari yang penuh tekanan ini. Berilah saya kekuatan untuk dapat melayani-Mu dengan cara menolong orang-orang di sekitar saya yang membutuhkan."

Sepanjang perjalanan, dia seperti berbicara di telepon tetapi sebenarnya dia sedang berdoa. Kebiasaan itu dia lakukan sejak pandemi merebak di bumi.

Kenapa melakukan itu, tanya saya.

"Ada banyak ketidakpastian di dunia sekitar kita. Dan semua itu di luar kontrol saya. Jadi, saya mengontrol apa yang saya bisa kontrol," ujarnya. Benar juga, saya pikir.

Alasan lain teman saya adalah berolah raga kecil sambil melihat apa yang terjadi di lingkungannya. Dia tinggal di satu perumahan yang cukup tenang di Jakarta. Dan dalam masa pandemi, ada banyak cerita menyedihkan muncul dari para tetangga jauh dan dekat di sekitar rumah. Cerita-cerita itu dia dapat secara tidak sengaja dari tetangga yang sedang berkebun, dari tukang-tukang jasa keliling yang ia kenal, dari satpam jaga perumahan.

"Ketika saya berdoa dengan bersuara, saya merasa kekhawatiran saya menurun dan merasa percaya diri dan percaya kedaulatan dan kasih Tuhan. Perasaan saya dibangun bahwa Tuhan selalu baik dan tidak pernah merancang kecelakaan bagi manusia."

Saya setuju dengan teman saya. Dan faktanya, selama pandemi dan masa yang tidak menentu ini, banyak orang mencari Tuhan atau kekuasaan yang lebih tinggi,  untuk merasa tenang. 

Pada Maret 2020, Google mencatat jumlah pencari info tentang doa meroket. Itu menurut seorang ahli ekonomi di satu universitas di Copenhagen yang melakukan riset pada 95 negara. Satu pusat riset lain di Amerika, pada bulan yang sama, melaporkan bahwa lebih dari setengah orang Amerika berdoa agar penyebaran virus corona berhenti.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun