Mohon tunggu...
Ita Siregar
Ita Siregar Mohon Tunggu... Administrasi - Pengarang. Pemetik cerita. Tinggal di Balige.

Merindu langit dan bumi yang baru.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Dari Ikan Terbang Tuing-Tuing ke Binte Biluhuta

15 Desember 2022   09:27 Diperbarui: 15 Desember 2022   09:42 159
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Selamat ulang tahun, Astrid. Panjang usia dan cepat dapat jodoh, pesan Rizmah di WhatsApp-ku. Aku tersenyum. Rizmah, sahabat dan kawan seperjuanganku, ketika bekerja puluhan tahun lalu. 

Mengingatnya, tiba-tiba aku disergap ingatan. Kenangan masa lalu. Aku membuka laci meja di kamarku dan mengeluarkan setumpukan buku harian. Tanpa ragu aku menarik buku yang di atasnya tertulis: 2008. 

Tahun 2008. Tahun pertamaku bekerja di lembaga pendidikan asing, bersama Rizmah. Kami menjadi dekat karena sama-sama belum tahu apa-apa. Ia bekerja sebulan sebelum aku. Kami sama-sama belajar menyelesaikan tugas-tugas harian. 

Sembarang aku membuka halaman. Di sana tertulis 20 Juni 2008. Tiga hari sebelum ulang tahunku. Dan aku merayakannya di Gorontalo bersama Pak Mike, bos Amerika kami. 

Untuk menyegarkan ingatan, aku mulai membaca. 

*  

Tiap kali bertugas ke daerah, kepalaku refleks berencana untuk sekaligus kulineran. Ya, aku tidak mau rugi. Sekali dayung dua tiga pulau terlampaui, istilahnya. Lagipula lidahku sudah terbiasa kuajak berpetualang mencicipi makanan baru dalam rangka menambah koleksi pengetahuannya tentang rasa. Kali ini aku bertugas ke Majene dan Gorontalo. Dengan Pak Mike. 

Awal minggu depan kami sudah berangkat. Nelly, supervisorku, sudah mengingatkan aku soal Pak Mike yang alergi kacang dan panas. Bos Amerikaku yang satu ini memang banyak pantang makanan. Bisa seharian ia hanya makan keju dalam rangka menetralisir badannya yang sedang alergi. 

Namun, Pak Mike suka menantang dirinya dengan makanan pedas. Saat rasa pedas sudah memenuhi mulutnya, maka dalam sedetik kulitnya yang putih pucat itu akan memerah serupa kepiting direbus. Tak lama titik-titik air muncul di dahinya. Dia akan tertawa sembari mengusap keringatnya yang bercucuran itu. Dia akan membuka jasnya seperti berkata, petualangan baru dimulai.  

Pak Mike pun tak tahan panas. Kalau kami rapat di ruang kerjanya di kantor, perlu mengenakan dua lapis baju hangat dan syal tebal penutup leher karena begitu masuk wajah akan disergap rasa dingin dan diri akan membeku dalam waktu lima detik seperti berada di dalam lemari es. Tak salah kalau kami menjulukinya: beruang kutub. 

Perjalanan kami bermula dari Jakarta, terbang ke Majene di Sulawesi Barat, lalu Gorontalo di ujung utara pulau. Kami akan menghabiskan lima hari kerja dua hari vakansi. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun