Mohon tunggu...
Ita Siregar
Ita Siregar Mohon Tunggu... Administrasi - Pengarang. Pemetik cerita. Tinggal di Balige.

Merindu langit dan bumi yang baru.

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Menyambut 8 Milyar Manusia

18 November 2022   08:22 Diperbarui: 18 November 2022   08:24 107
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nature. Sumber ilustrasi: Unsplash

Pertambahan manusia akan mempengaruhi ketersediaan pangan. Di sisi lain, tidak semua wilayah daratan Bumi dapat dihuni. Atau ditanami. Beberapa wilayah beriklim ekstrem atau terlalu terpencil. Total wilayah yang dapat dihuni luasnya kurang dari tiga persen wilayah daratan Bumi. Dari luas itu, sekitar 35%-40% untuk pertanian. Mungkin tahun ini sudah makin kecil.

Ketersediaan air bersih dan jumlah makanan --terutama daging- adalah masalah yang lain. Seandainya seluruh manusia menjadi vegetarian pun --artinya pangan yang dihasilkan cuma untuk manusia- maka lahan pertanian 1,4 miliar hektar cukup untuk kasih makan 10 miliar orang.

Solusi lain, gaya hidup. Jangan lagi manusia tidak buang-buang makanan. Kenyataannya, 40% pangan dunia tidak dikonsumsi alias terbuang sia-sia (karena beberapa alasan dan masalah komersial).

Di Indonesia, sampah adalah masalah lain yang mengerikan. Riset mencatat 150 juta penduduk Indonesia hidup di pesisir. Diperkirakan 38 juta ton per tahun sampah dibuang ke laut dan 30%-nya sampah plastik. Dari angka itu 80% sampah laut di Indonesia dominan dihasilkan di Pulau Jawa.

Sampah laut berupa plastik mempengaruhi lebih dari 800 spesies satwa laut karena menelan, terjerat atau tertransfer kontaminasi kimiawi. Lebih dari 25% sampel ikan yang diambil dari pasar-pasar ikan dunia, mengandung plastik. Di Asia Tenggara, sampah plastik paling banyak adalah kemasan makanan dan puntung rokok.

Beberapa kali kita telah merespons dengan tindakan. Pada Agustus 2018 dilakukan pungut sampah di 91 titik di tanah air dan mengumpulkan 360 ton sampah laut dan pesisir. Pada hari bersih-bersih dunia September tahun 2019, sekitar 13 juta manusia dunia membersihkan sampah di 144 negara, dan Indonesia partisipan terbesar dengan 3,3 juta orang.

Belakangan, mengganti sedotan bukan plastik diserukan. Produk sedotan bukan plastik banyak dijual. Pusat-pusat swalayan membuat peraturan tidak kasih plastik.

Dan mungkin fakta ini dapat dimanfaatkan Bahwa sbagian besar bangsa kita masih di koordinat agama. Sedikit-sedikit bicara agama, surga dan neraka. Berita baiknya, seandainya seluruh rumah ibadah agama-agama di negeri ini punya program rutin bersih-bersih lingkungan, mungkin setengah masalah kita selesai.

Sebagai individu, pun dapat berkontribusi yang bila dilakukan terus-menerus, akan bermakna. Bawa kantong belanja sendiri, pilah-pilah sampah makanan dan plastik di dapur, tegur orang yang buang sampah di jalan. Makan secukupnya. Hemat air. Tanami tanah kosong. Sayangi pohon. Hidup sederhana. Jangan sering setrika baju. Jalan kaki atau bersepeda. Bila memungkinkan naik busn daripada pesawat. Nikmati hidup yang lambat.

Bumi butuh pertolongan Manusia! Surga pastinya tempat yang bersih menyenangkan. Sebagai manusia spiritual, kita membiasakan diri dengan lingkungan bersih di dunia, kalau ingin betah di surga.

Manifesto tahun 2014 dari komunitas Fraternity masih berlaku dan dirasa krusial, sampai hari ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun